Thursday, August 12, 2010

3. The Name is...

Perjalanan RX-75 tidaklah mudah, setelah melewati Pegunungan Kaplan dia tiba di Sheba Rowland. Hanya saja karena dia tidak memiliki peta daerah ini dia hanya bisa berputar-putar. Tiba-tiba dia merasa badannya sedikit sakit, teringat olehnya operasi yang belum selesai tadi sepertinya sudah mulai mempengaruhinya. ‘Gawat jika sampai diserang monster.’ pikirnya sambil menahan sakit. Dari semak-semak tiba-tiba bermunculan bayangan, langsung saja RX-75 mencabut pedangnya bermaksud melindungi diri. Rupanya bukan monster melainkan bangsa Bellato, hanya saja mereka terasa sedikit berbeda dengan Bellato yang selama ini dihadapinya. Mereka sepertinya berhati-hati dengan RX-75, takut kalau dia menyerang. Sambil menahan sakit tubuhnya RX-75 berusaha memberi syarat damai pada mereka, tapi tubuhnya sudah mencapai batas maksimal sehingga dia jatuh. Sebelum dia menutup lensa matanya dia sempat mendengar Bellato berbisik-bisik dan melihat bayangan orang yang kelihatan begitu dihormati.

RX-75 membuka lensa optiknya pelan, setelah bisa menyesuaikan diri dengan cahaya ruangan dia melihat sekeliling. Sepertinya dia dalam tenda, di sekelilingnya banyak peralatan-peralatan unik. Meski begitu dia menerka itu adalah alat-alat teknisi. “Sudah bangun ya??” terdengar suara menyapanya dari depan. RX-75 berusaha untuk bangun sedikit agar bisa melihat siapa yang bicara. Yang berbicara tadi adalah seorang Bellato yang tampak berumur, meski begitu ketampanannya masih terlihat. Dia membantu RX-75 bersandar sambil berkata “Pelan-pelan saja, kamu mengalami beberapa kerusakan ringan. Untung saja tidak begitu rumit untuk memperbaikinya.” “Terima Kasih” ucapnya, sekali lagi RX-75 memandang sekeliling lalu hendak bertanya “Ini…?” “Kamu berada di tenda kerjaku. Setelah kamu pingsan, bisa dibilang begitulah, Pemimpin meminta supaya kamu diperiksa.” “Pemimpin?” tanya RX-75 sedikit heran. “Ya.” Tiba-tiba pintu tenda dibuka, muncul seorang Bellato yang tampak cukup tua , wajahnya keras dan terasa aura bijak di sekelilingnya. “Ah itu beliau” katanya sambil mendekati yang dimaksud. Mereka berbincang beberapa lama, Sang Pemimpin mengangguk lalu meminta untuk ditinggalkan berdua saja. Bellato tadipun keluar dari tenda.

Sang Pemimpin mendekati RX-75 lalu memperkenalkan diri “Namaku Horad, Pemimpin kelompok nomaden Bellato ini. Siapakah namamu??” “Aku Cuma dipanggil RX-75 dalam Kerajaan.” Setelah memperkenalkan diri RX-75 baru sadar “Tunggu, kenapa aku mengerti bahasa kalian? Akukan tidak membawa Talk Jade?” Horad berjalan pelan kesampingnya sambil berkata “Ketika memperbaiki kamu, aku meminta Axel, Bellato tadi, untuk memasang Talk Jade kedalam dirimu. Mulai sekarang kamu bisa berbicara dalam bahasa kami dan Cora.” Bimbang sedikit RX-75 memberanikan diri untuk bertanya pada Horad “Kenapa kalian menolongku? Bukankah aku ini musuh? Selain itu apa maksud anda dengan nomaden?” Horad memandang ke ‘mata’ RX-75, membuat dia bisa merasakan karisma Horad, menjawab “Kami adalah kelompok Bellato yang sudah lelah akan perang panjang ini, jadi kami keluar dari koloni dan hidup sambil berpindah-pindah. Sebenarnya kami melihat kamu berjalan tidak tentu arah di daerah ini, awalnya kami kira kamu bermaksud memantau daerah ini sehingga kami sudah siap-siap. Tapi bisa kulihat kalau kamu terluka, jadi akupun berpikir kamu mungkin butuh pertolongan. Lagipula kami sudah tidak ada hubungannya dengan perang ini.” “Tapikan…” RX-75 berusaha untuk bangun sedikit lagi, tapi Horad menahannya “Istirahatkan dulu tubuhmu.” Setelah itu dia melanjutkan “Aku tahu kamu tidak mungkin bisa menyerang kami, aku bisa melihat kedalam hatimu kalau kamu melakukan pencarian atas suatu pertanyaan.”

RX-75 sedikit terkejut lalu bertanya “Bagaimana mungkin, aku hanyalah mesin sama sekali tidak berhati.” “Mungkin kamu merasa sedikit remeh, tapi makhluk organikpun belum tentu bisa memiliki hati.” ujar Horad dengan suara yang berat “Hati yang kumaksud bukanlah yang nyata, melainkan hanyalah penggambaran dan pelambangan. Katakanlah apa yang membebanimu hingga kamu melakukan perjalanan ke daerah yang tak terjamah ini?” RX-75 menundukkan kepalanya lalu berkata “Dalam perang yang kujalani, aku pernah melihat seorang gadis Bellato yang terluka dan seorang pemuda yang marah-marah hanya gara-gara itu. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan diriku atas kejadian itu, aku yang harusnya tidak memiliki ‘perasaan’ ini merasakan sesuatu seperti dada ini sakit.” Setelah hening sebentar RX-75 bertanya kembali “Kenapa pemuda itu harus marah hanya karena gadis itu terluka? Apa yang kurasakan sebenarnya?” Horad berpikir sebentar lalu menjawab “Pemuda itu marah karena gadis yang dilukai itu penting baginya.” “Penting?” tanya RX-75 sedikit heran. Horad mengangguk sedikit lalu menjawab “Ya. Mungkin karena bagi pemuda itu gadis tersebut adalah teman, kekasih, atau lebih dalam lagi yaitu keluarga. Aku rasa bagimu teman itu mungkin sudah tahu, tapi kekasih dan keluarga itu pastilah terdengar asing.” Horad menunjuk keluar, RX-75 mengikuti arah yang ditunjuk. Memang pintu tenda tertutup, tapi dia masih bisa mendengar suara canda tawa yang bahagia dan hangat. “Keluarga” lanjut Horad “Adalah mereka yang memiliki ikatan khusus dengan kita. Biasanya mereka yang dilahirkan dari orang tua yang sama itu adalah keluarga, tapi tidak terbatas itu saja. Kami bisa dibilang keluarga, bukan karena dari orang tua yang sama melainkan karena kami merasa kami memiliki perasaan dan kepentingan yang sama antar sesama.” RX-75 mendengar penjelasan dengan sungguh-sungguh. Lalu Horad melanjutkan “Sedangkan kekasih adalah pasangan pria dan wanita yang terikat dalam cinta, mereka merasa ingin saling melindungi, saling menyayangi dan saling mengasihi. Dari sanalah keluarga tercipta.”

“Yang kamu rasakan disebut emosi. Emosi dimiliki oleh tiap makhluk, dan itulah yang mendasari seluruh tindakan yang dilakukan kita. Sedih, marah, takut, malu, cinta, bahagia, iba adalah contoh-contoh emosi. Dimisalkan jika ada teman, kekasih, atau keluarga ada yang terluka yang bersangkutan pasti akan marah dan kalap. Seperti yang dilakukan pemuda dalam ceritamu. Sedangkan yang kamu alami bisa dibilang adalah iba dan kasihan pada mereka, mungkin pada dasarnya kamu tidak ingin membunuh mereka. Jadi meskipun kamu mesin, tapi aku yakin kamu pasti memilikinya.” “Emosi….” RX-75 teringat pemuda dan gadis itu, ketika mereka mati mereka saling mendekapkan tangan dan tersenyum. ‘Mungkinkah itu bisa dibilang bahagia?’ pikirnya dalam hati. Hening sebentar dalam tenda membuat Horad memecahkannya dengan berkata “Bagaimana jika kamu tinggal sebentar dengan kami?” Tersadar dari lamunannya, RX-75 sedikit terkejut “Eh? Tapi aku sedikit berbahaya. Bagaimanapun aku pikir orang-orangmu tidak akan setuju.” Horad berjalan ke pintu tenda dan berkata “Tidak apa-apa, aku melihat kamu masih sedikit susah untuk memahaminya. Tinggallah dengan kami sebentar sambil memahaminya.” Dia mengangkat pintu tenda, tapi sebelum keluar dia berbalik sedikit dan berkata “Oh ya, kamu salah tadi. Mereka bukanlah orang-orangku, tetapi mereka adalah keluargaku.”

Tak terasa sudah 10 hari RX-75 tinggal bersama perkumpulan Bellato tersebut. Selama itu dia tinggal di tenda Axel. Awalnya dia menolaknya karena merasa tidak enak merepotkan dia, tetapi Axel bersikeras ingin RX-75 tinggal karena dia ingin mencoba memahami struktur tubuh bangsa Accretia. Axel sudah menikah, dia memiliki istri yang bernama Anna, wajahnya nampak selalu segar, sifatnya lembut dan sangat memperhatikan keluarganya. Mereka berdua adalah Mental Smith, dimana keahliannya adalah mereparasi dan membuat barang. Mereka juga memiliki 2 orang anak, anak pertama perempuan bernama Irene yang sedikit manja serta keras kepala dan anak kedua laki-laki bernama Farrell yang ingin cepat dewasa agar boleh menggunakan senjata. Meski awalnya orang lain sedikit takut dengan RX-75, namun mereka sekeluarga sama sekali tidak takut, bahkan sangat akrab dengannya. Selama tinggal dengan keluarga Axel, RX-75 memperhatikan bagaimana kehidupan para nomaden Bellato tersebut. Para pria berburu dan mencari makanan, para wanita biasanya di tenda masing-masing menyiapkan keperluan keluarga, sedangkan anak-anak bermain dengan riang gembiranya. Meski adalah Mental Smith, Axel biasanya juga mengikuti para pria lainnya ikut berburu untuk kebutuhan pangan sehari-hari mereka. Tenda tempat tinggal mereka rata-rata sama, sebuah tenda bundar besar cukup untuk ditinggali 1 keluarga, beberapa keluarga kadang memiliki tenda khusus untuk sesutau, misalnya Axel yang memiliki tenda tambahan disamping tendanya yang dijadikan bengkel. Yang sedikit berbeda mungkin adalah tenda Horad, tenda miliknya lebih kecil sedikit dan desainnya berbeda. Horad tinggal sendirian, meskipun dia adalah pemimpin kelompok ini sedikit banyak dia juga berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri, meski beberapa keluarga sudah berusaha melarangnya untuk melakukan itu karena bagi mereka melayani Horad adalah suatu kehormatan bagi mereka.


Selama tinggal bersama perkumpulan Bellato ini bukan berarti RX-75 tidak melakukan apapun. Setiap hari dia membantu mereka berburu, mengambil air, mengumpulkan kayu bakar, dan membantu mengangkat barang berat. Tentu saja bukan berarti sejak awal mereka langsung menerima bantuan RX-75, tapi melihat Horad dan keluarga Axel begitu menerimanya akhirnya merekapun mencoba berusaha untuk menerima RX-75. Suatu hari RX-75 yang sedang duduk dekat tenda keluarga Axel mengeluarkan Bazooka milik GT-45 yang dibawa sertanya, dia sebenarnya berharap Bazooka itu bisa diperbaiki. Axel yang muncul dari dalam tenda melihat Bazooka tersebut tertarik untuk memeriksanya, dia mendekati RX-75 sambil bertanya “Itukah Launcher milik Accretia yang terkenal itu? Milikmukah?” RX-75 berpaling sedikit, sambil mengangguk dia menjawab “Bazooka ini bukan milliku, ini millik temanku yang sudah mati. Meski terlihat tidak terlalu rusak sebenarnya sudah tidak dapat diperbaiki lagi.” “Hm…. Bisakah kulihat sebentar?” RX-75 menyerahkan padanya. Axel memeriksanya dengan seksama, setelah beberapa saat dia berkata “Memang rusaknya parah, tapi sepertinya bisa kuperbaiki.”

Merasa mendengar harapan sambil berdiri RX-75 bertanya “Benarkah itu? Apa betul masih bisa diperbaiki?” Sekali lagi Axel memeriksa sedikit lalu menjawab “Memang bisa, tetapi mungkin saja agak berubah. Selain itu sepertinya didalamnya dipasang sesuatu yah?” Tanyanya sambil menunjuk ke sebuah tombol unik. RX-75 menjelaskan “Launcher biasanya dimasukkan Siege Kit, alat itu memang biasanya dikompresikan secara digital. Jika tombol itu ditekan Siege kit akan aktif.” RX-75 lalu mengambil Bazooka tersebut dan mempraktekkannya, begitu tombol tersebut ditekan Siege Kit langsung terpasang. Axel terkagum berkata “Betul-betul barang yang luar biasa.” RX-75 mematikan kembali Siege Kit tadi dan kembali menyerahkan Bazooka itu ke Axel, kemudian dia berkata “Jika bisa diperbaiki, bisakah anda tolong hilangkan lambang Kerajaan yang terdapat disamping Siege Kit tadi? Aku sudah lari dari Kerajaan dan sudah dicap pengkhianat, tidak harusnya aku masih membawa lambang Kerajaan disenjataku.” Axel berpikir sedikit lalu menjawab “Baiklah, akan kuusahakan semampuku.” “Terima kasih.”

Diantara semua orang, RX-75 paling digemari anak-anak. Hal ini dikarenakan Anna melihat RX-75 yang sedang senggang berkata “Jika tidak ada kerjaan, bagaimana kalau kamu bermain bersama anak-anak? Mereka pasti senang mendengarkan ceritamu.” Awalnya hanya Irene dan Farrell yang dekat dengannya, anak-anak lain takut mendekati RX-75. Tetapi lama-lama mereka melihat kedua anak itu begitu akrab dengan RX-75 membuat mereka memberanikan diri untuk ikut bermain. Akhirnya anak-anak lainpun senang bermain dengannya. Mereka sering meminta RX-75 menceritakan petualangan-petualangan yang dialaminya selama masih dalam pelatihan di koloni, maupun mengajak RX-75 bermain. Para orang tua juga awalnya tidak terlalu tenang melihat anak-anak dekat dengan RX-75, tapi akhir-akhir ini merekapun bisa merasa sedikit tenang karena selama bekerja ada yang mengawasi anak-anak tersebut. Suatu hari ketika RX-75 sedang duduk mengawasi anak-anak bermain disungai, Irene dan Farrell muncul dibelakang dan menutupi matanya sambil bertanya “Coba tebak siapa?” RX-75 menjawab “Yang dikiri Irene yang dikanan Farrell, betulkan?” “Huh, tidak seru. RX-75 selalu bisa menebaknya dengan tepat.” ujar Irene sedikit bersungut dan duduk disampingnya, sedangkan Farrell berlari ke sungai dan bermain dengan yang lain.

Ketika sudah agak capek, Farrell tiduran disamping RX-75, pada saat itu Irene bertanya “Kenapa sih namamu RX-75? Rasanya aneh begitu.” RX-75 menjelaskan “Kami begitu sudah diciptakan biasanya diberi huruf dan angka. Huruf dipilih secara acak tapi selalu terdiri dari 2 alphabet, sedangkan angka menunjukkan urutan keberapa pada hari itu dan selalu 2 digit dimulai dari 00. Biasanya kami maksimal hanya diciptakan sebanyak 100 unit, bahkan kadang-kadang tidak sampai sebanyak itu.” Farrell yang dari tadi mendengarkan bertanya “Berarti selain kamu ada yang namanya RX-01 dan seterusnya dong?” RX-75 mengangguk “Memang begitu, tetapi kadangpun aku tidak begitu mengenali unit-unit yang bernomor atas maupun bawah, karena bisa saja begitu kami tercipta belum tentu kami dikirim kekoloni yang sama.” Irene terlihat sedikit berpikir, lalu bergumam “Tapi bagaimanapun nama RX-75 sama sekali tidak bagus.” Hening beberapa saat, tiba-tiba Irene berujar “Aku tahu, bagaimana jika aku beri kamu nama yang baru?” RX-75 berkata “Kurasa tidak apa-apa, tidak perlu repot-repot begitu.” “Tidak boleh begitu dong.” kata Irene dengan nada memaksa “Bagaimana kalau…. Raxion? Nama itu baguskan? Lagipula huruf R dan X diambil dari asal namamu, jadi tidak terlalu berubahkan?” ‘Raxion ya….’ RX-75 berpikir sedikit lalu menjawab “Nanti aku pikirkan dulu.” Irene berdiri menghadap kearahnya sambil meletakkan tangannya dipinggang dan menjawab dengan nada memerintah “Harus kamu terima nama itu lho?!” RX-75 akhirnya mengalah dan menjawab “Baik… baik, aku mengerti.” Irene tersenyum penuh kemenangan.

Esoknya RX-75 yang beristirahat di tenda bengkel milik Axel terbangun oleh suara ribut-ribut. Dia bangkit mengambil pedangnya, lalu dia keluar untuk melihat penyebabnya. Nampak perkumpulan Bellato tersebut berdiri mengerumuni bagian depan tempat tinggal mereka, rupanya agak jauh didepan berdiri Horad yang berhadapan dengan 3 unit Accretia. RX-75 dapat melihat lambang khusus tertempel di dada mereka menunjukkan adalah unit Elite. Terdengar salah satunya berbicara, dari nadanya sepertinya dia adalah pemimpin mereka “Apapun yang kamu katakan percuma. Aku tidak peduli apakah kalian sudah keluar dari Perserikatan atau tidak, sekali Bellato tetap Bellato.” Horad berkata “Kami tidak ingin mencari masalah. Kami hanya ingin hidup dengan aman dan tentram, jadi kurasa tidak ada alasan kalian untuk menyerang kamikan?” Melihat baik Horad maupun Bellato lain mengerti ucapan Accretia tadi, RX-75 berasumsi mereka membawa Talk Jade. Unit lain sudah agak tidak sabar dan mulai mengeluarkan senjatanya, dari senjatanya RX-75 menilai mereka adalah Mercenary dan Dementer. Unit yang berbicara tadipun mengeluarkan Tombak. Karena tidak ingin terjadi sesuatu RX-75 maju berteriak “TUNGGU !!!” Pandangan semua orang, termasuk Accretia tadi menuju kearah RX-75, unit tadi awalnya tidak mengenalinya tapi begitu RX-75 sampai didepan diapun memberi hormat, yang diikuti kedua unit lain, dan berkata “Rupanya anda tuan RX-75, kami mendengar berita kalau anda diculik tahanan Cora. Tuan Archon dan Wakil Archon sudah memerintahkan beberapa unit untuk mencari anda.”

RX-75 bertanya pada mereka “Apa kalian juga mencari aku?” Unit yang dibelakangnya menjawab “Kami hanya berjalan-jalan ke daerah ini karena sama sekali tidak terjamah. Ini merupakan suatu keuntungan bisa bertemu anda disini. Silakan anda pulang ikut kami.” RX-75 melihat kearah Horad, lalu bertanya ke unit pemimpin tadi “Apa yang akan kalian lakukan dengan mereka?” Ketiga unit tadi terdiam sebentar, lalu unit pemimpin tadi menjawab “Bagaimanapun juga kami tidak bisa membiarkan ada Perserikatan didaerah ini, jadi kami akan menghancurkan mereka semua.” Mendengar itu Bellato-Bellato mulai berbisik-bisik, RX-75 menundukkan kepala terdiam sebentar. Unit pemimpin tadi mulai tidak sabar dan berusaha membujuknya “Jika anda tidak ikut dengan kami, berarti anda dicap sebagai pengkhianat Kerajaan dan akan ikut kami hancurkan juga.” RX-75 mengangkat kepalanya lalu menjawab “Kalau memang begitu, lakukanlah.” Ketiga unit dan Bellato-Bellato terkejut kaget, unit pemimpin tadi bertanya “Kenapa?” RX-75 menjelaskan “Aku bukanlah diculik oleh wanita Cora itu, akulah yang membebaskannya.” Mereka terkejut mendengar pengakuannya, kemudian dia melanjutkan “Jika kalian meninggalkan mereka dan tidak melaporkannya ke Kerajaan aku akan mengikuti kalian, tetapi jika kalian berniat menghancurkan mereka maka aku tidak akan tinggal diam.”

Unit pemimpin mengangkat tombaknya lalu berkata “Jika itu memang pilihan anda, maka kamipun harus bertindak.” Kedua unit mengikutinya menyiapkan senjatanya. RX-75 mengisyaratkan agar Horad mundur dan mulai mengeluarkan pedangnya. Dementer dibelakang mulai menembak RX-75, tetapi semua peluru ditahan dengan pedangnya dan dia berlari maju ke Mercenary. Belum sempat dia berbuat apa-apa RX-75 sudah menebas putus kepalanya. Dementer tadi kembali menembakinya, tetapi RX-75 mengambil perisai Mercenary tadi untuk melindungi dirinya, lalu dilemparnya perisai itu kemukanya. Terhalang oleh perisai, RX-75 langsung mengambil kesempatan menebas Dementer dan perisai tersebut menjadi 2. Karena terlalu cepat unit pemimpin tadi baru sadar kalau kedua unit lainnya sudah tumbang, dia berbalik bermaksud menusukkan tombaknya ke dada RX-75. Dengan mudahnya RX-75 menunduk dan berlari kedia lalu menikam ke dada unit tersebut. Sebelum mati unit tadi berkata lirih “Tuan RX-75…” RX-75 mencabut pedangnya dan membiarkan tubuh tersebut jatuh sambil berkata “RX-75 sudah mati. Namaku adalah Raxion.”

Bellato-Bellato tersebut sibuk bersiap-siap, bagaimanapun mereka sudah ditemukan Accretia jadi Raxion menyarankan agar mereka pindah. “Di tubuh mereka terdapat pemancar, jadi Race Manager pasti sadar kalau 3 unit sudah mati. Cepat atau lambat dia akan meminta unit lain datang menyelidiki, jadi sebaiknya kalian berpindah.” Raxion menjelaskan. Horad bertanya “Selanjutnya apa yang akan kamu lakukan? Jika ingin kamu bisa tinggal dengan kami, kamu sudah menyelamatkan kami jadi semua pasti akan menerima kamu dengan senang hati.” Beberapa Bellato yang mendengarkan mengangguk tanda setuju. Raxion menggelengkan kepala sambil menjawab “Terima kasih, tetapi itu hanya akan menyulitkan kalian semua. Jadi aku akan kembali berkelana.” Seorang Bellato bertanya ke Horad sambil menunjuk ke sisa tubuh Accretia tadi “Pemimpin, apa yang harus kita lakukan dengan tubuh-tubuh ini?” Horad berpikir sedikit lalu menjawab “Mungkin ada baiknya kita bawa sekaligus. Dengan begitu jejaknya bisa ditutupi” Raxion melarangnya “Jangan, terlalu riskan. Ada kemungkinan mereka masih dipasangi sesuatu, lebih baik tinggalkan mereka disini. Aku sudah mencabut Black Box mereka, jadi meski tubuh mereka ditemukan mereka sudah tidak memiliki rekaman tentang kejadian tadi. Untuk amannya akan kubawa dan nanti kubuang di tempat terpencil.”


Setelah beres-beres selesai, Bellato-Bellato berkumpul dekat Horad. Horad bertanya kembali “Selanjutnya kamu mau kemana?” Raxion melihat langit lalu menjawab “Aku mau mencari Utopia.” Tiba-tiba mereka berbisik-bisik, salah satunya berkata “Aku pernah dengar tentang Utopia. Itu merupakan tempat legendaris yang tidak diketahui tempatnya, tapi kudengar rumor mengatakan tempatnya di timur. Meski begitu aku juga tidak terlalu yakin” ‘Timur… betul-betul suatu kebetulan aku menuju kesana.’ pikir Raxion, lalu dia berkata ke Horad “Sebaiknya kalian menuju ke selatan. Aku yakin daerah sana masih belum terjangkau Kerajaan, tapi kalian tetap berhati-hati.” Horad mengangguk menjawab “Tenanglah, meski bertemu monster kami masih bisa mengatasinya. Sambil bergerak akan kami tutupi jejak kami” Axel dan keluarganya maju untuk mengucapkan salam perpisahan. Axel menyerahkan Bazooka milik GT-45, yang bentuknyapun sudah sedikit berubah, sambil menjelaskan “Aku berhasil memperbaikinya, Bazooka ini bisa dipakai lagi. Aku memasang kristal khusus, jadi sekarang Bazookanya menembakkan peluru energi. Tetapi perlu diingat kalau ada batasannya, setiap kali dipakai kristal tersebut akan mengisi sendiri, tetapi tidak terlalu cepat. Aku memasang meteran energinya disamping.” Axel menunjuk ke samping Launcher itu, nampak sebuah meteran digital dan angka 100%. Lalu Axel malanjutkan “Jadi gunakanlah secara efisien. Dan sesuai permintaanmu aku sudah menghilangkan lambang Kerajaan yang terdapat disamping Siege Kit.” Anna maju dan memberikan mantel berwarna coklat gelap “Ini” katanya “Pakailah untuk membungkus badanmu. Dengan begitu setidaknya kamu bisa menyembunyikan senjatamu.” Raxion mengangguk lalu memakai mantel tersebut, mantel tersebut panjang sampai ke kaki Raxion, dan ada kerudung untuk menutupi kepalanya. Anna melanjutkan sambil tersenyum “Bahannya dari kulit monster khusus, meski lembut tapi cukup keras dan tahan air.” Irene dan Farrell maju mendekatinya, Raxion berlutut dan memeluk kedua anak itu sambil berkata “Terima kasih Irene atas nama yang kamu berikan.” Setelah melepaskan mereka dia memegang kepala Farrell sambil berkata “Farrell kamu harus cepat dewasa agar bisa melindungi kakakmu, mengerti?” “Ng..” jawab Farrell dengan tersenyum bangga, sedangkan Irene nampak sedikit mengangis tampaknya dia sedikit tidak merelakan kepergian Raxion. Melihat itu Raxion berkata “Jangan bersedih, jika semua ini selesai aku akan mencari kalian. Aku janji.” Irene menghapus air matanya lalu menjawab dengan suara bergetar “Janji ya.”

Setelah Raxion berdiri, Horad mendekatinya menyerahkan sesuatu “Bawalah, ini peta daerah timur benua ini.” Raxion lalu mencoba mengkases peta tadi, nampak semua detil benua bagian timur. Dia menyimpan peta tersebut. Horad mengulurkan tangannya sambil berkata “Kuharap kamu dapat menemukan jawaban yang kamu inginkan begitu sampai disana. Aku mendoakan keberhasilanmu, RX-75, maksudku Raxion.” Raxion menjabat tangannya sambil berkata “Terima kasih, aku juga mendoakan keselamatan kalian. Apa yang kalian ajarkan selama 2 minggu ini tidak akan aku lupakan. Berhati-hatilah.” Horad mengangguk. Raxion mengawasi kelompok Bellato itu pergi sambil melambaikan tangan pada mereka, terdengar ucapan selamat tinggal dan kalimat dukungan dari mereka. Setelah bayangan mereka tidak nampak lagi barulah dia berjalan pelan ke timur. ‘Meski sedikit, kuharap petunjuk ini benar. Aku tidak perlu buru-buru, waktuku juga banyak.’ pikirnya. Sekali lagi dia berbalik menghadap kearah kelompok tersebut sambil mendoakan keselamatan mereka.

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment