Thursday, August 12, 2010

2. Decision

Hari berikutnya di koloni Accretia, RX-75, yang sudah mendapat perawatan, bersama Archon dan 3 Wakil Archon lainnya menghadap ke Race Manager untuk melapor, dihadapan Race Manager mereka berlutut dan menundukkan kepala. Race Manager Accretia berbeda dengan unit Accretia lainnya, ukurannya yang besar dan juga tidak bisa bebas bergerak karena badannya disambung langsung dengan server khusus. Dari sanalah segala jenis informasi, baik dari tiap unit maupun planet asal Accretia, mengalir kedirinya. Meskipun tidak bisa bergerak, dia masih bisa memberi perintah kepada unit lain langsung ke otak mereka ataupun lewat komunikasi.

“Kegagalan penyerangan kali ini disebabkan oleh serangan balik dari Bellato yang tiba-tiba.” kata Race Manager “Rencana kita tidak mungkin bisa bocor ke bangsa lain dengan mudahnya. Aku curiga mungkin adanya penyadapan atau pengkhianatan dalam sini. Bagaimana menurutmu AS-00?” Yang ditanya langsung mengangkat kepala dan menjawab, dia adalah Archon yang terpilih sekitar 2 tahun yang lalu karena prestasinya yang gemilang. “Menurutku ini mungkin suatu kebetulan, rasanya tidak mungkin bisa ada pengkhianat maupun ada penyadap, soalnya Portal kita diatur selain Accreatia bangsa lain tidak bisa mengaksesnya.” “Tapi bagaimana dengan penyusup?” Tanya QG-92, salah seorang Wakil Archon “Aku pernah dengar ada rumor di suatu tempat ada yang namanya Utopia, ketiga bangsa hidup damai dan berdampingan disana. Bisa sajakan ada Accretia dari sana yang menyusup masuk kesini dan menyebarkannya ke bangsa lain.” “Diam!!” Bentak OP-52, Wakil Archon lainnya “Ingat kalau segala hal tentang Utopia itu adalah terlarang untuk dibicarakan disini.” ‘Utopia….’ pikir RX-75 “….” LK-67 hanya mendengar diam, diantara semua Wakil Archon dia memang terkenal dingin dan tenang.

“Bagaimanapun kita tetap harus berhati-hati, untuk sementara ini aku akan melapor ke Kerajaan dan menunggu keputusan disana.” Race Manager melihat kearah RX-75 berkata “Kamu boleh istirahat dulu, jika ada keperluan lagi AS-00 dan yang lainnya akan memanggil kamu. Tinggalkan kami sendirian.” Sambil berdiri RX-75 menjawab “Aku mengerti.” Berjalan pelan keluar meninggalkan ruangan, RX-75 mendengar AS-00 bertanya “Bagaimana dengan posisi Wakil Archon yang kosong ini?” Race Manager berpikir sebentar dan menjawab “Nanti akan aku lakukan pemilihan secepatnya, kita tidak boleh membiarkan posisi Wakil Archon terlalu lama kosong….” RX-75 mempercepat langkahnya karena merasa dia tidak boleh mendengar lanjutan pembicaraan ini, begitu sudah didepan pintu dia mendengar suara “Kuaharap pertemuan ini tidak terlalu membebani kamu.” RX-75 berbalik dan sedikit terkejut “Pengajar..” “Hei-hei, kan sudah kubilang panggil aku pelatih, kata pengajar itu rasanya sedikit aneh.” Ujar unit tadi.

Yang menjawab adalah TR-37, dia adalah pelatih yang melatih RX-75. Biasanya begitu ada unit Accretia dibuat mereka akan dipasangkan ke unit yang sudah berpengalaman, dengan begitu para pemula bisa belajar dari yang Elite. “Bagaimana keadaanmu sekarang? Kematian Wakil Archon itu memang sedikit memukul mental beberapa pasukan. Meskipun dia itu sifatnya keras dan tidak peduli dengan yang lain, tapi dia cukup disenangi banyak pasukan” “Aku tahu, sebenarnya GT-45 senang ketika dia tahu dia dipilih dalam misi yang dipimpin Tuan Wakil Archon.” Ujar RX-75. TR-37 yang mendengar sedikit nada aneh dalam kata-kata RX-75 menepuk bahunya dan menjawab “Aku tahu kalau kamu dan GT-45 itu sangat dekat. Kalian itu menjadi pasukan Expert bersamaan dan juga kalian dikenal sebagai duo yang bagus dalam pasukan. Ayo berlama-lamaan disini juga tidak ada bagusnya.” “Ya”

Mereka berjalan menuju ke bagian tengah markas Accretia, tiba-tiba TR-37 berhenti sebentar dan berkata “Oh ya, ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu.” Lalu dia berjalan ke tempat penyimpanan dan RX-75 mengikutinya dari belakang. Sesampainya disana TR-37 berbicara dengan penjaga, penjaga itu mengangguk dan mengeluarkan bunguksan. Dia menerimanya dan membayar ke penjaga itu sedikit uang. “Ini…” ujar TR-37 sambil menyerahkan bungkusan ke RX-75 “Coba dibuka.” Dengan sedikit kebingungan RX-75 membuka bungkusan itu, didalamnya rupanya sebuah pedang. Pedang itu cukup besar dan sedikit unik. Dengan sedikit terkejut dia bertanya “Inikan??” TR-37 sedikit mengangguk “Pedangku yang dulu, Spadona. Memang bukan sangat baru, tapi didalamnya sudah dimasukkan Ignorant dan Chaos Talic. Selain itu pedang ini adalah Intense Sword, pedang yang lebih kuat daripada pedang biasa.” “Tapi pedang yang berharga ini diberikan padaku….” RX-75 menjawab dengan sedikit nada menolak. “Dengar” kata TR-37 sambil mengajak RX-75 menjauh dari tempat itu “Sebenarnya aku merasa kamu sudah cukup pantas menggenggam pedang ini dan dari dulu aku ingin menyerahkannya padamu. Lagipula pedang Estoc kesayanganmu sudah hancurkan? Jadi kupikir ini merupakan saat yang tepat.” RX-75 jadi teringat kejadian di Ether, memang akibat berusaha menahan misil pedang Estoc-nya terbelah 2 dan tidak dapat diperbaiki lagi. Pedang itu merupakan pedang yang susah payah didapatnya ketika dia dan GT-45 masuk ke Battle Dungeon, dari sana jugalah Bazooka milik GT-45 didapat. Kedua senjata itu sangat spesial dan sangat berarti bagi mereka berdua. “Aku mengerti, akan kuperlakukan pedang ini baik-baik.” Jawab RX-75 sembari menyimpan pedang tersebut. “Baguslah.”

Tiba-tiba dari arah portal masuk muncul 2 unit Accretia membawa wanita Cora yang pingsan. “Kami menemukan dia jatuh di depan gurun Sette jadi kami pikir mungkin dibawa saja masuk, soalnya jarang bisa membawa bangsa lain sebagai sandera.” Ujar salah satu diantara mereka dengan nada sedikit bangga. Langsung saja beramai-ramai unit lain mendekat untuk melihatnya dan berhiruk-pikuk, tidak ketinggalan RX-75 dan TR-37. Wanita Cora itu cantik seperti Cora-Cora lainnya, rambutnya panjang dan berwarna perak, kulitnya juga putih bersih. “Dari bajunya sepertinya dia seorang Summoner atau Grazier” Kata TR-37 sambil berpikir sedikit. RX-75 menyadari kalau wanita itu sebenarnya tidak sepenuhya pingsan, dia melihat mata wanita itu tidak tutup sepenuhnya melainkan agak menyipit. Selain itu badannya sedikit lecet dan senjatanya juga tidak ada. “ADA APA RIBUT-RIBUT???!!” terdengar teriakan dari arah ruang Race Manager. Rupanya itu adalah AS-00 dan ketiga Wakil Archon yang sudah selesai menjalani pertemuan dan keluar dari ruangan Race Manager. Langsung saja ruangan menjadi hening, dengan agak sedikit ketakutan salah satu unit tadi menjawab “Kami melihat ada Cora yang pingsan, jadi kami membawa kedalam karena siapa tahu bisa diinterogasi dan dijadikan sandera.” “BODOH!!!!” bentak OP-52 ke mereka “BAGAIMANA KALAU ITU SEMUA ADALAH SANDIWARA DAN SUDAH ADA CORA YANG LAIN YANG BERJAGA-JAGA?? AKAN LEBIH BERBAHAYA KALAU SAMPAI DIA SUDAH DITEMPELI PENYADAP. DASAR OTAK KARATAN!!!” Tersentak kaget sedikit, unit yang satu lagi membalas “Tapi kami sudah memeriksa sekeliling, sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan yang lain. Lagipula kami sudah menggeledahnya, dia sama sekali tidak bersenjata dan tidak membawa yang aneh-aneh.” “KALIAN….” OP-52 seperti hendak memukul mereka, tapi langsung dihalang AS-00 “Cukup OP-52, jangan terlalu keras pada mereka.” Dengan sedikit kesal OP-52 menurunkan tangannya dan mendengus marah, terdengar suara gerutu pelan yang berkata “Sok Suci.”

AS-00 menatap ke wanita Cora dan berkata ke mereka “Tindakan kalian memang sedikit berbahaya, jadi lain kali jangan melakukannya lagi. Mengerti?!” “SIAP!!!” jawab kedua unit tadi dengan sedikit lega. QG-92 melihat sebentar ke wanita Cora itu, setelah menimbang-nimbang sedikit dia bertanya ke AS-00 “Apa yang akan kita lakukan dengan dia?” “Untuk sementara ini kita kurung saja dulu, QG-92 kamu bawa dia ke kurungan dan pastikan penjagaannya ketat.” Perintah AS-00. “Siap” jawab QG-92, dia lalu mendekati wanita Cora itu. AS-00 berpaling ke OP-52 dan berkata “OP-52, kita akan membutuhkan Talk Jade jika ingin menginterogasinya, kalau kamu punya 1 coba dibawa.” “Huh, kurang kerjaan” dengan sedikit kesal OP-52 meninggalkan mereka dan menuju ke tempat penyimpanan. “LK-67 kamu ikut aku untuk melapor ke Race Manager.” LK-67 hanya menganggukkan kepala. Lalu sebelum berbalik ke Race Manager AS-00 memerintahkan unit lain untuk bubar, akhirnya keramaianpun berkurang.

“Ayo kita juga pergi.” Kata TR-37 sambil menepuk bahu RX-75. Seakan sadar dari lamunannya, RX-75 sedikit terkejut menjawab “Oh ya… tentu…” Mereka menjauhi tempat itu. Tapi RX-75 sempat menoleh kebelakang, dia melihat QG-92 membopong wanita itu kearah penjara. Sekilas dia melihat wajah sayu dan pilu wanita itu, lagi-lagi dia merasakan sesuatu yang aneh. ‘Perasaan apa ini? Rasanya sedikit berbeda dengan kejadian Bellato kemarin, tapi kok rasanya dada ini sedikit aneh?’ “Pelatih, tadi sepertinya Tuan Archon mengatakan tentang Talk Jade, apa itu?” Tanyanya ketika mereka sudah agak jauh dan baik QG-92 maupun wanita itu sudah tidak kelihatan lagi. “Oh Talk Jade yah.” Jawab TR-37 “Seperti yang kamu ketahui sejak kita mendapat batu tambang dari Crag, ketika diproses terkadang mendapatkan batu perhiasan khususkan?” “Oh ya kalau tidak salah Talic juga didapat dari proses batu tambangkan?” “Ya, batu Jade juga salah satu diantaranya. Dan dari semua Jade yang ada ilmuwan kita menemukan Jade yang sangat unik, Jade ini membuat kita bisa mengerti bahasa Cora atau Bellato dan juga dapat berbicara bahasa mereka. Akhirnya mereka menamakannya Talk Jade.” “Begitu rupanya.”

Lewat Portal, mereka menuju ke Armory 213. Disini merupakan salah satu benteng pertahanan milik Accretia, sekaligus tempat melelang barang-barang. TR-37 ingin RX-75 langsung mencoba pedang Spadona yang baru diberinya. Mereka berjalan melewati Padang Cruel menuju ke Gerbang Snatcher, salah satu tempat munculnya monster level Ace. Dalam perjalanan RX-75 memecahkan keheningan bertanya ke Pelatihnya “Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan Race Manager terhadap wanita tadi?” Sedikit bingung TR-37 berbalik bertanya “Kenapa kamu bertanya begitu?” Mendapat pertanyaan balik RX-75 sedikit salah tingkah “Ah.. Maksud dari pertanyaanku… anu… bukan begitu kok…aduh… aku Cuma sedikit penasaran, karena kita sebelumnya belum pernah mendapatkan sandera bukan.” “Hm…” pikir TR-37 sedikit “Benar juga, selama ini memang kita tidak pernah coba menangkap bangsa lain.” ‘Fiuh, aman’ kata RX-75 dalam hati. “Yah mungkin dia akan meminta Archon dan Wakil Archon untuk menginterogasinya dengan sedikit siksaan jika tidak mau buka mulut.” Jawab TR-37 dengan sedikit enteng. “Eh!!?” RX-75 sedikit terkejut “Tapikan bagaimanapun dia sedang terluka, lagipula diakan wanita.” Lagi-lagi TR-37 memandang RX-75 dengan aneh, lalu menjawab “Dengar ya, Kerajaan sudah tidak sabar dengan penguasaan planet yang lamban ini. Jadi jika Race Manager masih berlama-lama seperti ini aku tidak tahu tindakan apa yang akan dilakukan Kerajaan padanya, mungkin menggantinya dengan yang baru atau malahan mereka akan langsung menghancurkan semua makhluk hidup termasuk kita. Jadi sekarang ini kita hanya bisa menggali informasi sebanyak-banyaknya dari wanita itukan.” “….” RX-75 hening sejenak. Akhirnya ketika memasuki Gerbang Snatcher, TR-37 bertanya padanya “Kamu yakin kamu tidak apa-apa? Kudengar kepalamu terbentur batu, apa kamu sudah periksa keadaanmu?” Dengan cepat RX-75 membalas “Tidak apa-apa kok, pemeriksaan kemarin mengatakan kalau tidak ada yang terlalu mengganggu.” “Hm… ya sudah. Ayo kita berburu sedikit?” ajak TR-37

Malamnya di ruang masing-masing unit RX-75 sama sekali tidak bisa beristirahat. Dalam kepalanya tetap saja terbayang wajah pilu wanita Cora tadi, selain itu kejadian dengan Bellato sebelumnya juga masih terus terbayang sampai sekarang. Kemudian terbesit sesuatu yang sangat mustahil di pikirannya, yaitu membebaskan wanita Cora tadi. ‘Utopia…..’ pikir RX-75 dalam-dalam, setelah berpikir lama-lama akhirnya dia bangkit. Dikumpulkannya barang-barang yang dibutuhkannya, lalu diambil pedang Spadona pemberian pelatihnya ‘Pelatih maafkan aku’ ujarnya dalam hati. Terakhir dia menatap Bazooka milik GT-45 yang rusak, dia teringat ucapan Scientist kenalannya siang tadi “Bazooka ini sudah tidak dapat diperbaiki lagi, meskipun kelihatannya masih bagus tapi bagian inti Bazooka ini sudah tak tertolong lagi. Lagipula untuk memperbaikinya dibutuhkan batu Lotalrio dan Lutaliun dalam jumlah yang banyak, itu juga susah untuk didapatkan.” Meskipun begitu dia membungkus rapi Bazooka itu dan membawanya juga.

‘Jika ingin kabur dari sini berarti aku harus mencabut pemancar milikku, dengan begitu mereka tidak akan bisa menemukanku.’ Pikirnya sambil menuju ruang perawatan. Dilihatnya pintu ruang perawatan terbuka dan tidak ada unit perawat, dia menuju ke komputer dan mengakses file peta tubuhnya. Setelah dapat dia menginputkan beberapa perintah ke komputer, mesin yang berada diruang kaca depannya langsung bergerak berbunyi. Dia mengambil panel remote dan berjalan kearah mesin itu, sebelum berbaring dia menekan beberapa tombol di panel itu lalu dilemparkannya. Setelah dia berbaring otomatis mesin itu bekerja membuka dada RX-75, setelah beberapa saat tangan mesin itu keluar dari dada RX-75 sambil memegang suatu kotak kecil. Terakhir tangan itu memperbaiki bagian-bagian khusus dalam dadanya, namun belum selesai perbaikannya unit perawat tadi sudah kembali dan terkejut melihat computer serta mesin operasi nyala. Dengan buru-buru dia bermaksud menghentikan kerja mesin itu, RX-75 yang bagian badannya belum selesai diperbaiki buru-buru menghantam unit perawat itu sehingga dia ‘pingsan’. Karena khawatir akan ada orang yang menyusul, dia buru-buru menutupi panel dadanya dan menghapus semua catatan operasi tadi.

Dia lalu menuju ruang tahanan, dilihatnya ada penjaga disana ‘Terpaksa’ begitu pikirnya. RX-75 mendekati penjaga itu dengan pelan lalu menikam dengan suatu cairan, cairan itu adalah cairan bius khusus yang diambilnya dari ruang perawatan. Langsung saja penjaga itu jatuh dan ditahan oleh RX-75, diletakkannya pelan-pelan badan penjaga itu untuk menghindari suara bising. Dia melihat nomor ruang tahanan wanita Cora tadi, lalu diambilnya kunci dari penjaga itu. Wanita Cora itu terkejut karena melihat pintu tahanannya terbuka, belum bisa dia apa-apa RX-75 mengisyaratkan dia diam. Dia mengajak wanita itu untuk ikut dia, awalnya wanita itu bimbang tapi akhirnya dia juga mengikutinya.

Mereka menuju portal dengan mengendap-endap pelan, ‘Beruntung portal masih aktif’ pikir RX-75. Dia masuk ke portal dan memilih tujuannya, Gurun Sette. Sesampainya disana dia menunjuk kearah portal Aliansi yang terletak jauh di barat daya dan berkata pada wanita itu “Aku tahu kalau kamu tidak mengerti bahasaku, tapi aku memintamu untuk lari. Lewat tengah nanti kamu akan ke Reruntuhan Sette, pergilah ke barat daya maka kamu akan tiba di portal Aliansi.” Lalu dikeluarkan Shot Gun miliknya dulu, diserahkannya pada wanita itu sambil berkata “Bawa ini untuk berjaga-jaga, pelurunya sudah kuisi penuh tadi. Pokoknya usahakan tidak kelihatan Accretia.” Wanita itu meskipun tidak paham bahasanya tapi dia tahu kalau RX-75 menyuruhnya kabur. Dia mengangguk dan mengambil pistol RX-75, setelah itu dia berlari kearah tengah. RX-75 menatap wanita itu sampai bayangannya hilang, lalu dia kembali mengakses portal dan menuju Tambang Crag, lalu dia berjalan ke selatan. Begitu sudah sampai di Dataran Tinggi Chilly, dia berjalan menuju timur sambil melihat ke peta miliknya. “Aku berada di Dataran Tinggi Chilly , jadi aku berjalan ke timur dan menuju Pegunungan Kaplan. Petaku hanya bisa membantu sampai sana, setelah itu aku harus mencoba sendiri.” Ucapnya setelah menutup peta hologramnya.

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment