Thursday, August 12, 2010

1.When all started

Koloni Accretia, siang hari. Hari itu merupakan hari yang panas, namun daerah sekitar koloni Accretia memang tidak pernah sejuk dan nyaman. Padang gurun mengelilingi daerah sekitar koloni membuatnya menjadi panas, meskipun tidak sebanding dengan daerah Cauldron Volcainc yang dikatakan bagaikan kuali neraka itu. Namun itu tidak masalah bagi mereka yang bertubuh mesin, jika terlalu panas tubuh mekanik mereka mampu menciptakan pendingin untuk menurukan suhu tubuh serta otak mereka.

Dibagian atas Lembah Crater markas Accretia terdapat bergerombol bangsa Chooty, penduduk asli Novus, mereka berbentuk bulat, tiap-tiap memiliki warna yang cerah, bulu yang cukup lebat, serta memiliki intelegensi unik, namun tidak terlalu maju. Mereka bertugas menjaga pangkalan pesawat Kartela, pesawat transportasi yang siap mengantar bangsa lain ke Ether dengan membayar sejumlah uang, dari situlah bangsa Chooty mencari penghasilan.

Siang itu Mitti, Chooty berwarna biru yang merupakan petugas tiket menikmati waktu luangnya dengan bermalas-malasan dihari yang panas ini. Namun dia dikejutkan dengan sepasukan Kerajaan. Pemimpin pasukan, yang memakai jirah tempur yang unik dan memiliki lambang di jubahnya, maju dan berbicara “Tiket ke Ether untuk 23 unit”. Mitti terkejut, sebelumnya belum pernah ada sebanyak ini Accretian yang menuju ke Ether, selain itu perlengkapan mereka seperti ingin perang, bukan berburu.

Melihat lambang serta jirah itu, dia sadar siapa pemimpin pasukan, dengan agak ketakutan Mitti menyerahkan tiketnya sambil berkata “I…Ini 23 tiket, totalnya 5.087.853 CP.” Pemimpin pasukan menyerahkan sekantong uang dan mengambil tiket dari tangan Chooty tersebut. Lalu dia memerintahkan pasukannya untuk masuk kedalam, bahkan kata terima kasihpun tidak terdengar dari dia. Mitti langsung lemas begitu mereka semua sudah masuk kedalam Kartela.

Patti, teman Mitti berwarna hijau yang dari tadi diam dan melihat kejadian tadi akhirnya berbicara “Sepertinya ada yang aneh, biasanya hanya beberapa unit Accretia yang menuju ke Ether, namun kali ini sampai 23 unit. Ini benar-benar rekor.” Mitti yang akhirnya sudah tenang menyambung “Bukan hanya itu, pemimpin pasukan tadi dia merupakan Wakil Archon yang paling disegani dalam koloni. Kodenya LC-54, unit Assaulter, dan kudengar terakhir dia berhasil merebut chip pengendali milik Bellato.” Patti terkejut dan bertanya “Untuk apa dia memimpin pasukan sebanyak itu ke Ether?” Mitti yang menatap pesawat Kartela berangkat dalam-dalam berkata “Entahlah, hanya saja aku berharap tidak membawa kabar buruk ke bangsa kita yang lain.”

Dalam Kartela, yang meskipun dibilang kapal penumpang lebih terlihat seperti kapal kargo, terlihat kesunyian yang tidak biasanya. Tidak ada aura santai diantara prajurit-prajurit itu, bahkan kasino yang disediakan bangsa Chooty untuk bersenang-senang pun tidak disentuh sama sekali oleh mereka. Diantara 23 unit pasukan, 20 diantaranya terlihat berbeda dengan 3 yang lain. Mereka adalah unit Expert di dalam koloni ini yang masing-masing terdiri dari 5 Destroyer, Gladius, Gunner, dan Scout. Sedangkan 2 unit yang lain merupakan unit Elite, dan Wakil Archon sendiri adalah Master.

Disalah satu sudut kapal duduklah Punisher Accretia. Dia terlihat berpikir dengan dalam. Kemudian salah satu unit mendekati dan menyapanya “Yo, kalau kamu begitu terus bisa-bisa otakmu panas lho RX-75.” Yang dipanggil menoleh sambil berkata “Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh GT-45. Seperti biasanya kamu memang santai, lebih baik pulang ini kamu mengecek dirimu.” GT-45, begitu dia dipanggil, sembari duduk disamping RX-75 berkata “Hei-hei, tidak perlu sewot begitukan. Kita memang bangsa mesin tapi bukan berarti kita harus kaku teruskan?” Setelah duduk dia mengeluarkan senjatanya sambil memeriksanya dengan seksama. RX-75 yang memperhatikannya berujar “Launchermu belum kamu ganti? Sebagai seorang Striker bukankah harusnya kamu mendapat Flame Thrower, senjata yang lebih baru?” “Tapi bukan berarti yang baru lebih baikkan?” Ujarnya “Lagipula Bazooka ini sudah bersamaku cukup lama, dia ini kesayanganku. Sama seperti pedang milikmu-kan.” Setelah memandaginya sebentar, RX-75 lagi-lagi menundukkan kepala seperti berpikir keras.

Tidak lama kemudian untuk mengusir kebosanan GT-45 akhirnya bertanya “Sebenarnya kenapa Race Manager ingin kita menyerang ke Ether? Padahal selama inikan kita tidak pernah mempermasalahkan Cora maupun Bellato yang berada disana.” RX-75 dengan enggan menjawab” Kamu tahukan, sebenarnya daerah selatan Ether memiliki tambang?” “Oh maksudmu Aur Mine Zone (Daerah Pertambangan Aur)? Memangnya kenapa? Bukankah terakhir kudengar sama sekali tidak ada bahan tambang? Bahkan Pertambangan Crag sajapun sudah heboh bahan tambangnya” “Memang” lanjut RX-75 “Namun terakhir kudengar, kelompok Phantom Shadow elite menyelidiki daerah sana mengetahui rupanya muncul batu-batu tambang yang baru” “Wow” dengan nada sedikit terkejut (yang sepertinya dibuat-buat sehingga membuat RX-75 agak kesal) GT-45 membalas “Berarti maksud dari Race Manager adalah menginginkan kita untuk pergi menguasai daerah tambang tersebut? Tapi bukankah jarak Ether kesana sangat jauh? Kalau tanpa kendaraan khusus tidak mungkin kita bisa kesanakan?” “Karena itu memang bukan tujuan kita. Race Manager memerintahkan kita merusak terminal Kartela Bellato dan Cora yang ada disana, dengan maksud supaya mereka tidak menuju ke Ether dan tidak menyadari adanya bahan tambang baru di Aur, sehingga kita punya waktu untuk mencoba mengambil alih Aur.” Dengan sedikit terkikik GT-45 menjawab “Rupanya otak Race Manager bisa berpikir sejauh itu juga.” Namun itupun segera dihentikannya, karena rupanya LC-54 sepertinya mendengar dan memperhatikan sikap GT-45.

Daerah Ether yang berada diutara merupakan wilayah Great Kaza, wilayah disana selalu bersalju dan dingin. Great Kaza bukan satu-satunya daerah bersalju di Benua …, pulau Deathfena, Virginland, Gomer Highland, serta Katan Olan semuanya adalah daerah bersalju di Benua …. Suhu yang sangat dingin membuat hanya segelintir makhluk di Novus yang dapat bertahan disana, disinilah habitat asal Chooty. Begitu pesawat Kartela mendarat, pasukan-pasukan itu keluar dengan teratur didepannya berjalan LC-54 yang diikuti GT-45 dan RX-75.

Begitu sudah keluar dari terminal Accretia, LC-54 memerintah pasukan untuk berhenti dan memberi petunjuk “Kedatangan kita ke Ether adalah perintah dari Race Manager, beliau meminta kita untuk merusak terminal milik Bellato dan Cora. Oleh karena itu kita mulai dari Bellato. Kelompok Destroyer dan Gladius mendengar komando dari RX-75, kelompok Gunner dan Scout mendengar komando dari GT-45. Jika sudah mengerti bergerak menuju ke terminal Bellato.”

Sembari bergerak menuju terminal Bellato, GT-45 mendekati RX-75 bertanya “Aku tidak mengerti, kenapa untuk menghancurkan terminal malah membawa pasukan-pasukan pemula seperti ini?” “Aku sedikit mendengar pembicaraan Archon dengan Wakil Archon…” “Rupanya kamu penguping juga yah” potong GT-45 sambil ketawa kecil, namun langsung diam melihat reaksi dingin RX-75 “Archon mengatakan bahwa ini merupakan kesempatan untuk melatih pasukan pemula, dia juga mengatakan harusnya misi ini tidaklah sulit” GT-45 menoleh kebelakang melihat pasukan-pasukan pemula itu menjawab “Harusnyakan minimal ada Engineer dong, lagipula misi menyusup ini lebih cocok menjadi tugas Phantom Shadowkan” Sambil mengacungkan 2 jarinya RX-75 menjawab “2 hal yang harus kamu tahu. Baik Engineer, Scientist maupun Battle Leader kita jumlahnya tidaklah banyak, tugas mereka sudah cukup berat untuk membuat persenjataan dan bersiap-siap untuk perang di Tambang Crag, lalu tugas kita “menghancurkan” bukan “menyusup”. Mengerti?” “Ow I See” Jawab GT-45 pelan sambil mengangguk.

Untuk menghindari kecolokan, kelompok mereka bergerak melewati Terminal Lockout menuju Terminal Bellato. Ketika mulai mendekati Terminal Bellato, LC-54 memberikan komando “Ranger jaga jarak dan menyerang kearah terminall, sedangkan Warrior menyerang pasukan Bellato supaya mereka tidak mendekati Ranger, aku akan maju sendiri. Mengerti!!?” “SIAP!!!” seru seluruh pasukan. Begitu sudah sampai ke poin yang dimaksud, sambil mengeluarkan Bazookanya GT-45 pun memberi perintah “Kelompok Gunner keluarkan Launcher dan pasang Siege kalian, Kelompok Scout pasang perangkap di daerah sekitar. Setelah itu Gunner maju bersama Destroyer ke daerah musuh!!!” Giliran RX-75 memberikan komando “Destroyer ikut denganku, sedangkan Gladius menahan musuh supaya tidak mendekati Gunner” Diapun mencabut pedang Estocnya “Mengerti semua!!!!?” “SIAP!!!!” jawab pasukan pemula tersebut. LC-54 menunjuk kearah Guard Tower Bellato dan berkata “Mula-mula kita hancurkan dulu Guard Tower mereka, setelah itu sebisa mungkin kita hancurkan sekitar pintunya. Dengan begitu Bellato tidak akan bisa keluar dari Terminal. Setelah itu kita bergerak ke Cora. Mengerti!!?” “SIAP!!!” jawab semua. “Kalau begitu” Sambil mencabut Sickle Knife dan Golden Protectornya, LC-54 berseru “MAJU!!!!!!”

Siege Launcher yang sudah dipasang oleh Gunner maupun GT-45 mengeluarkan kemampuan mereka. Dengan cepat peluru tersebut menghantam Guard Tower tanpa bisa dideteksi oleh mereka. Begitu Guard Tower sudah hancur, pasukan Gunner mulai maju kedepan dan memasang Siegenya lagi, kali ini target mereka adalah pintu depan Terminal. Namun terjadi hal yang tidak disangka-sangka, dari dalam Terminal bermunculan banyak prajurit-prajurit Bellato, bahkan ada yang mengendarai MAU hitam. Melihat hal ini pasukan pemula mulai galau, namun RX-75 berteriak “TIDAK PERLU TAKUT, UNIT GLADIUS SEBISA MUNGKIN MENAHAN MUSUH SUPAYA TIDAK KE GUNNER, UNIT DESTROYER MAJU HANCURKAN MAU.” GT-54 pun bereaksi memberikan perintah “GUNNER BANTU DESTROYER MENGHANCURKAN MAU, SCOUT PASANG BEBERAPA JEBAKAN DI SEKITAR JALUR PRAJURIT MUSUH.”

LC-54 sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi di belakangnya, prinsipnya adalah ‘Mereka adalah mereka, aku adalah aku.’ Meskipun begitu dia juga tidak menyangka jumlah musuh lebih banyak dari mereka, seolah-olah mereka sudah menduga akan hal ini. Dia menerjang kearah prajurit pedang sembari menahan hujan peluru dan panah dari prajurit yang membawa panah dan pistol. RX-75 sambil memberikan perintah tetap maju dan menghancurkan beberapa bagian MAU sambil dibantu oleh unit Gunner. Satu MAU berhasil dirobohkan dan dia membuka pintu kokpitnya, didalamnya nampak gadis Bellato yang pingsan. Seketika itu dia merasakan suatu perasaan yang aneh ketika dia menatap gadis itu. Belum sempat dia melakukan apa-apa terhadapnya datang pemuda Bellato menerjang kearahnya sambil menembakinya, tak ada pilihan dia harus mundur dari MAU tersebut. Dilihatnya pemuda itu mengeluarkan gadis tadi dari MAU yang sudah rusak itu, sepertinya dia berusaha memanggil nama gadis itu dan menyadarkannya ‘Apa ini?’ pikir RX-75 ‘Kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh? Padahal kita yang mesin harusnya tidak memiliki perasaan semacam ini’ Pemuda itu melihat kearah RX-75 dengan dendam sambil memakinya ‘Apa yang sedang dikatakannya? Bukankah gadis itu belum mati? Lagipula kenapa dia harus marah hanya karena kehilangan prajuritnya?’ Tiba-tiba dari belakang ada misil yang datang. RX-75 berusaha menahannya dengan pedangnya namun gagal, misil itu rupanya berasal dari MAU yang lain. Usaha menahan misil yang gagal itu membuat RX-75 terpental cukup jauh. Tidak hanya lengan kiri dan pedangnya rusak, dia juga tidak sempat menahan kepalanya yang berakibat terbentur dengan batu raksasa. Benturan yang keras ini menyebabkan otak mekanisnya berhenti bekerja dan memaksa dia untuk mematikan sistem utamanya, namun dia sempat melihat MAU tadi berniat melepaskan tembakan kearahnya tapi GT-45 menembak MAU itu.

“….5….75…” terdengar panggilan samar-samar, RX-75 berusaha untuk sadar dan membuka mata buatannya itu. Terdengar panggilan “RX-75… anda tidak apa-apa?” RX-75 melihat ke asal suara, rupanya yang memanggilnya adalah bala bantuan. Sepertinya salah satu pasukan mereka berusaha menghubungi koloni dan meminta bantuan, hanya saja kedatangannya sedikit terlambat. “Aku tidak apa-apa…” jawab RX-75 sambil berusaha bangun dibantu oleh unit tadi. Setelah berdiri dengan mantap dia melihat sekeliling sambil memproses situasi yang dilihatnya. Nampak banyak puing-puing MAU yang rusak, bahkan beberapa diantaranya berserakan bagian-bagiannya. Selain itu juga terlihat mayat-mayat Bellato, sepertinya beberapa diantaranya yang masih hidup berhasil lari kedalam terminal untuk menyelamatkan diri. RX-75 melihat kearah pintu terminal dan dia menyadari ada yang aneh, Guard Tower yang harusnya sudah hancur rupanya muncul lagi, bahkan jumlahnya bertambah. Melihat sedikit kebingungan RX-75 unit tadi menjawab “Sepertinya mereka berhasil membuat Guard Tower yang baru, meskipun bukan yang bagus, tapi dengan jumlah seperti itupun kami tidak bisa masuk kedalam terminal dan mengejarnya.” RX-75 mengangguk mengerti, lalu dia melihat kearah pasukannya. “Berapa sisa pasukan yang masih ada?” Tanyanya “Tidak banyak, dari 20 pasukan yang berangkat tadi hanya sisa 3-4 yang masih berfungsi, sisanya sudah tidak tertolong.” Ujar unit tadi. Tiba-tiba RX-75 mengingat sesuatu “Bagaimana dengan GT-45 dan Tuan Wakil Archon?” Sembari mengeleng-geleng kepalanya dia menjawab”GT-45 sudah tidak tertolong, meskipun tubuhnya masih utuh, namun sistem utamanya sudah rusak sama sekali. Sedangkan Tuan Wakil Archon…” Dia menunjuk kesosok yang berdiri diatas batu yang membelakangi matahari. RX-75 mengikuti arah tangannya dan berusaha memfokus lensa optiknya, dia melihat sosok LC-54 yang sudah rusak karena tubuhnya dipenuhi panah, lubang-lubang bekas peluru bahkan pedang dan tombak, namun sosok itu berdiri menahan tubuhnya dengan pedang seakan-akan tidak ingin jatuh.

“Kita harus pergi, karena tidak tahu kapan Bellato akan datang lagi.” Ujar unit bantuan yang lain sambil menghampiri RX-75 dan unit tadi. Sambil membantu RX-75 bergerak mereka berjalan melewati puing-puing pasukan Accretia, diantaranya RX-75 melihat Bazooka milik GT-45. “Tunggu, bisa tolong berikan senjata GT-45?” tanya RX-75 “Aku ingin membawanya jika senjata itu belum hancur.” Salah satu unit bantuan tadi memungut dan memeriksa Launcher itu, setelah melihat beberapa saat dia menyerahkan ke RX-75 sambil berujar “Tidak ada kerusakan yang begitu parah, mungkin masih bisa diperbaiki.” “Terima kasih” Ujar RX-75 sambil menerimanya. Sambil berjalan dia melihat ke belakang dan mendapati pemuda Bellato dan gadis pilot MAU itu, mereka memang mati tapi sambil mendekap tangan dan baik pemuda itu maupun gadis itu mati tersenyum bahagia. Meninggalkan daerah itu RX-75 juga membawa segudang pertanyaan ke kepalanya, ‘Padahal mereka mati, tapi kenapa sepertinya senang? Kenapa bisa merasa bahagia hanya karena mati saling mendekap tangan?’

Tapi dia tidak tahu kalau perasaan aneh yang dirasakannya ini merupakan awal yang akan membawa takdirnya keperjalanan jauh.

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment