Thursday, August 12, 2010

6. Arcadia

Planet Accretia, letak planet itu tidak jauh dari Novus. Meski dibilang tidak jauh sebenarnya dengan pesawat angkasa tercepat pun tetap memakan waktu hampir sehari dari Accretia ke Novus. Di planet Accretia militer memegang kekuatan, jadi tidak heran kalau keadaan planet itu hampir tidak memiliki alam. Para Accretia yang tinggal disana selalu menaati perintah Kaisar. Kaisar diganti jika merasa sudah tidak mampu lagi memerintah. Bangunan di planet tersebut yang paling tinggi adalah “Istana” tempat tinggal kaisar.

Dalam Istana yang luas, nampak banyak Accretia yang hilir mudik. Beberapa melakukan penjagaan, beberapa melakukan persiapan dll. Ruang utama terletak di bagian tengah Istana tersebut, meski begitu ruang pribadi Kaisar terletak di puncak Istana. Didalam ruang pribadi Kaisar, nampak Kaisar Accretia sedang melihat ke layar-layar hologram yang mengapung. Wujud Kaisar berbeda dengan Accretia biasa, badannya nampak sedikit besar berkat jirah Kaisarnya, mahkota yang dikepalanya bukanlah terbuat dari emas melainkan hanya metal biasa, meski begitu banyak batu yang menghiasi mahkota itu. Meski memakai jirah dia juga memakai mantel Kaisar, hanya saja mantel tersebut sekarang ini digantung di pojok ruangan.


Ketika sedang memeriksa file-file yang muncul di sekian banyak layar-layar apung, tiba-tiba dari sampingnya muncul layar hitam, hanya tertulis “Sound Only” dalam bahasa Accretia. Suara tersebut menyampaikan berita “Yang Mulia, kontak dengan planet Novus sudah bisa dilakukan. Race Manager sedang menunggu panggilan anda.” Kaisar menyentuh layar apung itu, seketika semua layar menutup, sambil tidak memandang layar hitam itu dia berkata “Sambungkan aku dengannya.” “Siap!!” balas suara itu.

Kaisar meletakkan kedua tangannya didepan ‘mulut’nya dan menutup matanya, sepertinya dia sedang berpikir sebentar. Lalu dihadapannya muncul layar apung raksasa, berbeda dengan layar hitam tadi, layar ini menampilkan setengah tubuh Race Manager. Race Manager segera menyampaikan salam “Panjang Umur Yang Mulia, semoga keagungan dan kekuatan anda selalu memberkati Kerajaan dengan kemenangan.” Kaisar membuka matanya, tapi sama sekali tidak mengubah posisinya berkata “Kamu juga Race Manager. Sekarang laporkan apa yang terjadi selama aku kehilangan kontak dengan Novus.” “Siap” Kemudian Race Managerpun menceritakan semuanya, selama mendengarkan Kaisar hanya menutup matanya supaya bisa menyimak semua perkataannya. Setelah selesai, Kaisar berdiam sebentar lalu membalas “Jadi, apa yang dilakukan Holy Stone Keeper sekarang? Dan bagaimana keadaan Chip itu?” Race Manager menjelaskan “Aku sudah mengirim beberapa unit untuk memantau dari jarak yang aman, karena keberadaannya yang dalam di tambang tengah komunikasi jadi agak susah. Tapi laporan terakhir mengatakan Holy Stone Keeper sepertinya mengalami perubahan yang aneh. Kalau tentang Chip sampai sekarang tidak mengalami perubahan, masih terus berputar diatas tambang tengah.”

Kaisar berdiri disamping kursinya dan membelakangi Race Manager, tangannya diletakkan di belakang punggungnya dan dia nampak berpikir sebentar. Race Manager tidak berani menganggunya, karena dia tahu kalau pose Kaisar itu berarti moodnya sedang tidak baik. Tiba-tiba saja lamunan Race Manager buyar ketika Kaisar kembali berbicara “Jadi hanya itu saja?” Race Manager sedikit menggeleng kepala melanjutkan “Sebenarnya masih ada 1 lagi, ini tentang Sample Epsilon.” Mendengar kata itu, Kaisar tiba-tiba menoleh ke belakang sedikit. Tanpa membalikkan tubuhnya dia berkata dengan nada memerintah “Jelaskan!!” “Siap!” Sekali lagi Race Manager menjelaskan semuanya dan sekali lagi setelah selesai diikuti hening lagi, tapi kali ini pun tidak pendek heningnya. “Apa tidak diketahui kemana ‘dia’ pergi?” Kaisar kembali memecahkan keheningan dengan bertanya pada Race Manager. “Aku menduga ‘dia’ mungkin ketempat ‘itu’, jika diperiksa, maka semuanya cocok.” Race Manager menjelaskan dengan hati-hati. Kaisar ,yang tetap membelakangi layar itu, mengangkat kepalanya dan melanjutkan “Kalau memang ‘dia’ menuju ketempat ‘itu’ maka ‘dia’ harus dikejar dan dibawa kembali. Akan kuberikan padamu koordinat tempat ‘itu’, kirim Archon beserta Wakil Archon dan juga ‘penganggung jawabnya’ untuk mengejarnya.”

Race Manager sedikit gusar berusaha menjelaskan “Tapi Yang Mulia, karena kejadian Ether kita kehilangan 1 Wakil Archon. Bukankah sebaiknya kita menunggu dulu? Lagipula akan berbahaya jika koloni ini ditinggal Archonnya.” Kaisar membalas dengan suara yang berat, namun terdengar seperti marah “Aku tidak peduli dengan kurangnya 1 Wakil Archon. Meski tidak memiliki Archon Accretia bukanlah ‘bayi’ yang tidak bisa dijaga dan juga bukan ‘hewan’ yang harus ada Archonnya baru bisa ‘bergerak’ Mengerti??!!” Race Manager menjawab dengan suara bergetar “Mengerti.” Kaisar mengangkat tangan kanannya lalu memberi perintah “Kamu sudah boleh pergi.” Race Manager sedikit menunduk menjawab “Siap!!” Lalu layar tadipun mati.

Kaisar berjalan ke balkon dan melihat keluar. Meski tinggi tapi dia masih bisa melihat aktifitas ‘rakyatnya’. Lalu dia melihat kelangit dan ‘menghembuskan’ nafasnya dengan berat. Dalam hatinya dia berpikir ‘Aku rasa aku terlalu cepat mengambil keputusan. Nampaknya akupun tidak ‘muda’ lagi.’ Kemudian dia berbalik dan kembali ke mejanya untuk memeriksa file-file tadi.

Raxion cs sudah melewati laut dan sampai di Salk Peninsula, merekapun sudah berjalan jauh dan tiba di Acgat Plateau. Selama berkali-kali istirahat, Vinze nampaknya masih berusaha menerjemahkan tulisan-tulisan di buku tua itu, Miriam terkadang memandang kalung itu dengan dalam. Setibanya di daerah paling tinggi di Acgat Plateau, mereka melihat ke bawah untuk mencari Utopia itu. Vinze melihat sekeliling berkata “Kalau menurut buku harian ayahku, harusnya disekitar sini. Raxion apa kamu tidak bisa melakukan Zoom?” Raxion yang dari tadi berusaha melakukan Zoom dan melakukan Bio Scan membalas “Sudah kulakukan dari tadi, mungkin bukan disekitar sini?” Tiba-tiba Miriam melihat sesuatu di arah utara, dia mengeluarkan Sniper Scopenya dari tas dan berusaha memfokus dan men-zoom-nya.

Wajahnya menjadi senang dan dia menarik-narik lengan baju Vinze dan menunjuk kea rah utara sambil memberikan Sniper Scopenya, Vinze melihat kearah yang ditunjuk Miriam dan langsung dia mengerti. Raxion juga menyadari kalau mereka menemukan sesuatu melakukan Zoom di arah yang sedang dilihat Vinze. Dapat dilihat ada asap tipis mengepul, dan nampak ada bangunan yang cukup mencolok. Sambil menyerahkan Sniper Scope kembali ke Miriam, Vinze berkata “Jika ada asap pasti ada kehidupan. Ayo kita kesana.” Miriam dan Raxion mengangguk setuju, merekapun berjalan keutara.

Sesampainya di tempat yang dimaksud, didepan ‘gerbang’ ,yang sebenarnya bukan gerbang melainkan hanya 2 batang pohon besar, sehingga tampak seperti gerbang pintu, mereka dapat melihat dengan jelas bangunan itu. Bangunan itu terbuat dari metal, meski bentuknya aneh dan mencolok namun tingginya tidak seberapa. ‘Lebih kurang setinggi bangunan berlantai 2’ pikir Raxion. Miriam agak tidak sabaran mengajak mereka “Ayo kita masuk, mungkin saja ini Utopia yang dimaksud.” Vinze memandang Raxion, lalu mereka mengangguk setuju. Tapi belum sempat mereka menginjak ‘gerbang’, tiba-tiba saja muncul suara “BERHENTI!!!” bersamaan itu juga muncul 6 bayangan menghadang mereka. 6 bayangan itu rupanya 6 orang yang terdiri dari 3 pasang Accretia, Bellato dan Cora. Masing-masing dari mereka memegang pistol ganda, tombak, pedang, busur, kapak dan tongkat, yang hanya saja bentuknya berbeda dengan senjata yang pernah dilihat Raxion selama ini. Vinze yang melihat senjata itu tiba-tiba matanya menjadi berbinar-binar, sedangkan Miriam yang keheranan bertanya “Vinze senjata apa itu? Kok bentuknya beda dengan yang punya kita?” Vinze menjawab dengan nada sedikit girang yang ditahan “Tidak salah lagi, meski selama ini aku hanya melihatnya dari buku. Itu adalah Relic Weapon.” Raxion memandang Vinze bertanya “Relic Weapon?” Vinze mengangguk menjawab “Senjata kuno, meski begitu kekuatannya luar biasa. Katanya itu milik penghuni planet sebelumnya.” Raxion jadi ingat, di kuil sebelumnya pria raksasa itu juga menggenggam senjata yang agak mirip dengan senjata itu.


Sambil tetap menodongkan senjata mereka, salah satu Accretia maju bertanya “Apa yang kalian lakukan di tempat seperti ini?” Raxion menjawab dengan hati-hati “Kami hanya melakukan perjalanan untuk mencari suatu tempat, kami pikir inilah tempatnya.” Pria Cora dan pria Bellato yang mendengar itu maju menodongkan senjatanya lebih dekat sambil berkata “Mencurigakan. Kalian pasti mata-mata gabungan yang hendak menghancurkan tempat ini.” Miriam terburu-buru menjelaskan “Tidak, kami hanya kebetulan bertemu dihutan benua sebelumnya.” Wanita Cora yang memegang tongkat sedikit membentaknya berkata “Jangan karang alasan.” Sedangkan wanita Bellato disampingnya sudah bersiap-siap untuk menyerang, Vinze berusaha menenangkan “Oi oi, kami ini betul-betul damai kok.”

Untungnya sebelum bertindak lebih jauh, dari arah bangunan itu terdengar suara pria “Hentikan Royal Guards.” Keenam orang itu langsung berbalik dan berlutut sambil menunduk kearah gedung itu, kemudian terdengar lagi suara lain ,kali ini wanita, melanjutkan “Bagaimanapun juga mereka pasti sudah kelelahan karena perjalanan, itu bukanlah caranya menghadapi tamu.” Accretia yang kedua itu mengangkat kepalanya menjelaskan “Tapi Master, bagaimanapun juga tetap bahaya membiarkan orang lain masuk.” Kali ini terdengar lagi suara yang lain ,membuat Raxion kalau orangnya mungkin mengubah suara, berkata “Bawa saja mereka masuk, kita bisa mendengarkan alasannya.” Serentak keenam orang itu menjawab “SIAP MASTER!!!” Mereka lalu mengawal Raxion cs masuk kedalam. Jalan dari ‘gerbang’ ke ‘pintu masuk’ sesungguhnya sangat panjang, mereka memang menduga kalau jaraknya pasti jauh dari bangunan itu tapi tak menduga kalau sejauh ini.

Begitu memasuki daerah penduduk, barulah mereka tercengang. Begitu banyak pemandangan ganjil dimata mereka membuat mereka tidak sempat berpikir. Banyak sekali penduduk yang tinggal disana ,ada sekitar ratusan, dan sesuai buku harian ayah Vinze, betul-betul Accretia, Bellato dan Cora yang hidup berdampingan. Ada Accretia yang membantu Bellato membetulkan MAU, bentuk MAUnyapun berbeda dengan MAU selama ini. Wanita Cora yang nampaknya bersuamikan Pria Bellato, bahkan punya anak. Accretia yang membantu Bellato bekerja diladang sambil senda gurau, sekumpulan ibu-ibu Cora dan Bellato yang saling berbincang-bincang. Ada juga bangunan yang seperti sekolah yang isinya banyak anak-anak Bellato dan Cora, sedangkan pengajarnya adalah Accretia, dan juga Cora yang mengajari Bellato Force. Selain sekolah ada juga bangunana yang lain, ada yang seperti rumah sakit, dimana Cora dan Bellato spiritualis menyembuhkan pasiennya, ada juga bangunan seperti pasar yang menjual kebutuhan sehari-hari mereka. Nampak juga bangunan seperti tempat tinggal mereka, meski tidak besar, tapi nampak nyaman. Selain itu pakaian mereka juga berbeda dengan pakaian biasanya, seolah-olah itu adalah pakaian kota ini.

Akhirnya sebelum mereka sempat bicara, mereka sudah sampai di depan tangga bangunan itu. Memang dari jauh bangunan itu nampak kecil, tapi begitu di depan pintu, barulah Raxion sadar ‘Bukan 2 lantai, melainkan 3 lantai.’ Ralatnya dalam hati. Keenam orang itu mengajak mereka untuk menaiki tangga, sesampai ditangga terakhir, mereka kembali berjalan menyusuri koridor. Koridor itu agak remang, dan nampaknya tidak semua orang boleh masuk ke tempat itu karena sepi. Akhirnya mereka tiba di sebuah pintu, pintu itu besar dan berdaun 2. Begitu tiba disana, pintu itu langsung terbuka, didalamnya terdapat ruang besar dan agak gelap juga. Ditengah-tengah ruang itu terdapat tangga lagi, tapi tidak begitu tinggi. Diatasnya nampak siluet 3 orang, ketiganya berdiri dan maju kedepan, sedangkan keenam orang tadi berdiri dibawah tangga dengan posisi siap. Salah satu dari ketiga siluet itu menyapa Raxion cs “Kalian pasti sudah lelah, selamat datang di Arcadia. Saya Eris.” Setelah mereka maju barulah Raxion bisa melihat dengan jelas, ketiga siluet itu adalah Accretia, pria Bellato dan Wanita Cora, tapi pakaian mereka seperti pakaian petinggi, sebuah jubah terusan dengan warna yang berbeda-beda, merah untuk Accreita, putih untuk Cora dan biru tua untuk Bellato. Yang menyapa mereka tadi adalah wanita Cora, lalu dia menunjuk ke Accretia untuk memperkenalkan “Dia Ashlan” lalu ke Bellato yang disampingnya melanjutkan “dan dia Rugardo.” Raxion bertanya “Arcadia? Kukira ini adalah Utopia.” Accretia ,yang dipanggil Ashlan, itu mengangguk menjawab “Memang itu yang kalian namakan di luar, tetapi nama tempat ini adalah Arcadia.” Miriam agak ketakutan bertanya “Anu… ini bangunan apa? Dan mereka ini siapa?” Pria Bellato ,Rugardo, itu tersenyum lembut menjawab “Tidak perlu takut gadis kecil. Ini tempat tinggal kami bertiga, Nirvana.” Lalu dia menunjuk keenam orang tadi melanjutkan “Mereka adalah pejuang terbaik kami dan juga pelindung kami, kami memanggil mereka Royal Guards. Royal Guards, perkenalkanlah diri kalian.”

Merekapun memperkenalkan diri masing-masing. Yang membawa pistol ganda maju “Aku Rayfier, Ranger Phantom Shadow.” Pembawa tombak maju berikutnya “Aku Chromehound, Gladius Assaulter.” Pria Bellato disampingnya yang membawa pedang melanjutkan “Namaku Agi, Warrior Berserker.” Giliran wanita Bellato pembawa busur menjawab “Nama saya Maya, Desperado Sentinel.” Pria Cora yang membawa kapak menjawab “Namaku Lamborta, Champion Templar.” Terakhir, Cora yang membawa tongkat menjawab “Saya Ingrid, Caster Warlock.” Setelah selesai memperkenalkan diri, Vinze maju dan memperkenalkan diri “Maaf terlambat, namaku Vinze dan mereka temanku Raxion dan Miriam.” Raxion maju bertanya “Kenapa anda semua dipanggil Master?” Eris menjelaskan “Sebenarnya kamilah yang menemukan tempat ini.” Miriam sedikit terkejut bertanya “Bukankah tempat ini harusnya sudah lama?” Ashlan menggeleng kepalanya membalas “Tidak, tempat ini terbentuk baru sekitar 22 tahun.” Vinze berpikir sebentar berkata “Kalau gitu, tempat yang dilihat ayahku bukan ini? Bukankah dulu ada tim inspeksi Cora yang datang kesini?” Rugardo nampak berpikir sebentar, lalu menjawab “Ah… pasangan Cora itu yah. Kami memang menolongnya, tapi waktu itu baru sedikit yang ikut. Itu sekitar 20 tahun yang lalu yah kalau tidak salah.”

Raxion sedikit penasaran, lalu dia memberanikan diri untuk bertanya “Sebenarnya apa yang mendorong kalian melakukan hal ini?” Eris memandang kedua temannya sambil tersenyum, lalu menjawab “Kami awalnya hanyalah prajurit biasa. Kami bertiga sudah sering bertemu di medan perang, bahkan ketika masih Basic. Setiap kali bertemu kami hanya saling bertarung, dan ketika sudah terluka kami mundur. Hal ini berulang terus-menerus dari Expert, Elite bahkan ketika kami bertiga menjadi Archon.” Mendengar itu Vinze sedikit terkejut “Anda bilang kalau anda semua mantan Archon.” Ashlan mengangguk melanjutkan “Karena perang yang panjang dan sering bertemu ini, lama kelamaan kami jadi mengingat dengan jelas wajah-wajah kami. Hingga suatu hari di medan perang, kami saling mengacungkan senjata satu sama lain. Lalu Rugardolah yang pertama kali mengatakan kalau sudah lelah dengan pertempuran tanpa arti ini. Dia lalu mengajak kami untuk lari dan meninggalkan semua ini.” Rugardo berdehem melanjutkan “Waktu itu kami berpura-pura mati dengan meninggalkan jubah Archon kami yang di lumuri darah. Setelah itu kamipun lari kesini dan membuat tempat tinggal. Awalnya cuma kami, lalu sedikit demi sedikit mulai muncul orang-orang yang juga mulai bosan dengan perang dan bergabung dengan kami. Lama kelamaan tempat ini menjadi ramai, karena kami dianggap penemu akhirnya kami dipanggil Master, walaupun sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan panggilan ini” Eris tersenyum menatapnya berkata “Ngomong apa kamu, bukankah kamu yang paling senang ketika dipanggil begitu.” Rugardo hanya bisa sedikit salah tingkah. Ashlan kembali bertanya pada Raxion cs “Nah, katakanlah apa keperluan kalian mencari tempat ini?”

Bergiliran Raxion, Vinze, Miriam menjelaskan maksud mereka masing-masing. Setelah selesai Vinze bertanya “Jika anda tidak keberatan, bolehkah kami tinggal sebentar? Aku ingin melihat-lihat tempat ini dengan jelas.” Eris memandangnya berkata “Jika memang ingin kalian boleh tinggal dulu.” Lalu dia memandang Raxion melanjutkan “Raxion, saya yakin ‘jawaban’ yang kamu inginkan pasti bisa ketemu.” Raxion mengangguk. Rugardo sambil menunjuk keluar berkata “Kami biasanya menyiapkan bangunan kosong untuk ‘tamu’ yang baru tiba, kalian bisa tinggal disana. Kalian tidak keberatankan jika tinggal di satu rumah?” Miriam berkata dengan gembira “Tentu saja, anda sudah repot-repot menyiapkan begitu, kamipun sangat senang menerima ini.” Eris memandang Miriam sebentar, lalu berkata “Dari cerita tadi, Cuma kamu yang tidak memiliki Talk Jade ataupun belajar bahasa lain. Kami semua yang tinggal disini sudah biasa menguasai bahasa lain, sehingga tidak ada kesulitan.” Lalu dia memandang ke Ingrid berkata “Ingrid, tolong berikan anting-anting yang sudah dipasang Talk Jade padanya.” “Siap!” Jawab Ingrid, dia memutari tangga dan menghilang, kemudian muncul lagi sembil membawa kotak kecil. Diserahkannya kotak kecil itu pada Miriam. Miriam kemudian membukanya, didalamnya terdapat sepasang anting-anting kecil dengan batu berwarna biru tua. Eris menjelaskan lagi “Pakailah anting-anting itu sehingga kamu tidak kesulitan memahami bahasa yang lain.” Miriam membungkuk sambil tersenyum berkata “Terima kasih.”

Ashlan kemudian memandang Royal Guards berkata “Lamborta, Maya, Chromehound. Kalian antarlah mereka ke rumah yang dimaksud.” Ketiga Royal Guards yang disebut langsung menghadap Ashlan menjawab “Siap Master.” Lalu mengajak mereka untuk meninggalkan ruangan. Sebelum meninggalkan tempat itu, Vinze berbalik bertanya “Maaf, apakah kalian punya buku-buku? Aku berniat menerjemahkan buku tua yang kami temukan di kuil.” Eris menjawab “Tentu, nanti kamu bisa minta salah satu dari mereka untuk menunjukkan perpustakaannya. Bukunya memang sedikit, tapi kami harap ada bisa membantu.” Vinze membungkuk dengan gaya elegan seperti bangsawan menjawab “Terima Kasih.” Lalu merekapun ke rumah yang dimaksud. Rumah itu hanya 2 lantai, meski luarnya tidak terlalu bagus tapi dalamnya terlihat nyaman. Beberapa perabotanpun sudah ada. Chromehound menjelaskan “Ada yang kalian inginkan katakan saja, akan kami coba penuhi. Kamar mandi ada di ujung lantai satu.” Katanya sambil menunjuk, lalu dia melanjutkan “Sedangkan tempat tidur ada di lantai 2.” Maya mengajak Vinze keluar sebentar lalu menunjuk ke bangunan disamping sekolah menjelaskan “Perpustakaan berada disana. Jika baca disana tidak ada persyaratan, jika ingin bawa pulang kamu harus meninggalkan jaminan dulu.” Setelah menjelaskan semua ketiga Royal Guardspun meninggalkan mereka dan berjalan kembali ke bangunan tadi. Raxion cs masuk ke rumah setelah mengucapkan salam, merekapun melepaskan penat karena sudah capek.

Namun tidak ada yang tahu kalau bahaya yang sebenarnya masih mengintai.

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment