Thursday, August 12, 2010

10. Into The Heart

Keadaan dalam koloni Accretia sedikit tegang, banyak unit yang mendengar kejadian di Tambang Crag berkumpul di koloni berbincang-bincang. Race Manager memberi perintah kalau Tambang Crag sudah tidak boleh pergi, tapi di tengah ruang koloni dikeluarkan layar yang memperlihatkan situasi tambang. Gerombolan Holy Stone Keeper yang sudah agak mengecil itu nampaknya bertambah banyak, mereka membunuh apa saja yang berada di tambang, termasuk bangsa Lazhuwardian. Nampaknya koloni lain juga memberi perintah dan melakukan hal yang sama, semua orang, baik Bellato, Accretia maupun Cora hanya bisa menyaksikan kekejaman monster-monster itu.

Tiba-tiba dari layar mereka melihat sebuah sebuah benda melintas dari timur tambang, setelah beberapa saat barulah mereka bisa melihat dengan jelas benda itu, yang rupanya adalah pesawat luar angkasa. Tapi mereka tidak bisa menemukan salah satu dari ketiga lambang milik mereka di badan pesawat itu. Dibagian hangar Nirvana, nampak beberapa Driver dan Armor Driver sudah bersiap-siap didekat MAU mereka, ada yang mengucapkan salam pada teman atau kekasih mereka, ada juga yang masih melakukan penyesuaian MAU miliknya. Nampak juga beberapa Accretia dan Cora yang membantu mereka mengisi amunisi dan bahan bakar MAU-MAU itu. Dari speaker keluar suara yang memberitakan “Kita sedang mendekati titik penjatuhan, diharapkan semua pilot MAU bersiap-siap. Sekali lagi diharapkan semua pilot MAU bersiap-siap. Diperingatkan kalau di bawah banyak monster-monster, harap semuanya jangan lengah!!” Mendengar perintah sudah keluar, ramai-ramai semua Driver dan Armor Driver membuka kokpit MAU mereka masing-masing dan masuk kedalam, ada juga yang sebelum masuk mendoakan teman mereka yang lain, nampak juga Accretia atau Cora yang berpelukan dengan Armor Driver dan mendoakan keselamatannya, ada juga istri, suami, atau kekasih yang saling beciuman dan mengantar kepergian masing-masing pasangannya.


Dianjungan, operator Bellato wanita terus melihat radar, dari radar dia bisa melihat banyak titik-titik. Begitu sudah sampai ditempat yang dimaksud, operator itu langsung memberi perintah lewat speaker “MAU-MAU sudah bisa dijatuhkan!!” Dibawah MAU terbuka pintu, bagitu sudah terbuka penuh penahan MAU dilepas dan semua MAU-MAU itu jatuh. Sebelum menyentuh tanah MAU-MAU Arcadia mengeluarkan booster yang membuat mereka melayang sedikit diatas tanah dan akhirnya mendarat dengan mulus. Begitu mendarat mereka langsung disambut gerombolan monster itu, tapi mereka sudah siap dan langsung menembaki atau menebas monster-monster itu. Nampaknya mereka berusaha untuk membersihkan area itu supaya pejuang Arcadia lain bisa turun. Operator tadi melihat radar, bisa dilihatnya monster-monster sudah mulai berkurang, sekali lagi dia memberi perintah lewat speaker “MAU-MAU sedang berusaha membersihkan area, diharapkan semua teleport disiapkan!! Para pejuang juga harap siap-siap dekat teleport!!”

Mendengar itu Raxion yang masih berada dianjungan berkata pada yang lain “Sebaiknya kita juga ke hangar untuk siap-siap.” Vinze dan yang lainnya mengangguk setuju, tapi sebelum mereka pergi Rugardo berkata “Kalian sebaiknya jangan ikut turun dulu.” TR-37 berbalik bertanya “Kenapa?” Ashlan menjelaskan “Kalian memegang ‘kunci’ penting untuk mengalahkan Ozma, jadi biarkan mereka membuka jalan terlebih dahulu untuk kalian.” Miriam mebalas dengan nada cemas “Tapikan bagaimanapun juga kami tidak bisa berdiam saja melihat yang lain bertarung, kami juga ingin membantu.” Ashlan melanjutkan “Aku mengerti, tapi tolong pikirkan, jika sampai kalian semua dibunuh, maka usaha kami akan sia-sia. Aku harap kalian mau mengerti.” Vinze berpikir sebentar, lalu melihat teman-temannya berkata “Kalau begitu minimal kita menunggu di hangar.” Yang lainnya mengangguk setuju lalu berlari menuju hangar.

Di hangar, mereka bisa melihat banyak pejuang-pejuang Arcadia yang sedang bersiap-siap. Ada yang berdoa untuk keselamatan, ada juga yang berbincang-bincang dengan temannya. Mereka juga bisa melihat dipinggir-pinggir hangar itu banyak lingkaran-lingkaran yang rupanya adalah alat teleport, disamping masing-masing alat teleport itu juga ada panel-panel untuk mengaturnya. Nampak juga para teknisi sedang menyetel lokasi teleport. Setelah agak lama dan dianggap sudah cukup, operator wanita tadi memberi perintah “Area sudah bersih, para pejuang harap segera teleport ke bawah.” Mendengar itu, semua pejuang-pejuang Arcadia yang sudah membuat kelompok-kelompok mulai masuk ke lingkaran-lingkaran itu, satu lingkaran memuat 8 orang. Begitu sudah masuk lingkaran itu, teknisi yang disampingnya langsung menekan tombol dan merekapun di teleport ke bawah. Begitu sudah selesai, giliran kelompok berikutnya yang masuk kelingkaran itu dan diteleport.

Sesampainya dibawah, mereka langsung membantu MAU-MAU membersihkan monster-monster itu. TR-37 menatap satu-persatu kelompok yang teleport kebawah, lalu dia berbalik ke Raxion berkata “Aku akan ikut mereka turun, sebaiknya kalian bertiga yang terakhir saja.” Raxion yang mendengar itu berusaha mencegah pelatihnya berkata “Anda ikut saja dengan kami pelatih, kita bisa bersama-samakan?” TR-37 sambil menggelengkan kepalanya menjawab “Ada baiknya aku juga ikut membuka jalan untuk kalian. Aku ingin membalas budi Master-Master yang menerima aku.” Raxion sepertinya berusaha membantah, tapi TR-37 mengisyaratkan dia diam sambil mengeluarkan Vulcan dan menyerahkan padanya berkata “Bawa ini, senjataku yang dulu. Untuk melawan monster sebanyak ini pertarungan jarak dekat sedikit merugikan, amunisinya sudah kuisi penuh.” Raxion menerima senjata itu, Vinze yang berdiri disampingnya bertanya “Benar kamu tidak apa-apa tidak ikut kami, tuan TR-37?” TR-37 membalasnya berkata “Trebz, panggil aku Trebz. Aku akan membuang nama TR-37 ini karena akupun sudah menjadi pejuang Arcadia. Tenanglah, aku yakin kalian bertiga akan baik-baik saja.” Vinze mengulurkan tangannnya berkata “Baiklah tuan Trebz, kami mendoakan keberhasilanmu.” Trebz menjabat tangannya berkata “Kalian juga harus saling menjaga diri. Jangan mati ya.” Setelah itu Trebz berjalan ke salah satu kelompok dan bergabung dengan mereka, lalu diapun ikut diteleport kebawah.

Dibawah, nampak beberapa pejuang yang baru diteleport mulai memasang kuda-kuda untuk menyerang. Zothic yang memandang sekeliling berkata pada Zenn “Tambang Crag, sudah lama nih.” Zenn memukul bahunya sedikit berkata “Jangan melamun Zothic, nanti malah diserang.” Zothic menanggapinya dengan sedikit tertawa berkata “Tenang saja, aku belum ‘tumpul’ kok.” Dia memandang kearah gerombolan monster-monster yang sedang menyerang MAU-MAU Arcadia berkata “Baiklah, ayo kita bantu MAU-MAU itu, kasihan mereka dikeroyok tuh.” Zenn mengangguk sambil menyiapkan senjatanya berkata “Jangan sampai terkapar lho, capek nih kalau harus mengangkat kamu.” Zothic membalasnya dengan sedikit teratawa “Kata-kata itu aku kembalikan padamu Zenn.” Lalu merekapun menerjang ke monster-monster itu. Qirin dan Rihou saling menempelkan punggungnya, Qirin berkata padanya “Hei Rihou, bagaimana kalau kita bertanding untuk melihat sudah siapa yang kuat? Yang paling banyak membunuh monster maka dianggap menang.” Rihou sedikit nyegir membalas “Boleh, lalu apa hukumannya yang kalah?” Qirin berpikir sedikit berkata “Yang kalah harus kerja diladang dan mengerjakan pekerjaan rumah selama 2 bulan.” Nampak 1 monster mau menerkam Rihou, dengan entengnya dia membunuh monster itu membalas berkata “Ok, aku setuju.” Lalu merekapun berpisah dan mulai membunuh monster-monster.

Stars dan Ichi saling membantu membunuh monster-monster itu, setelah agak lama Stars berkata “Sayang, sebaiknya jangan terlalu bersemangat. Nanti bisa kehabisan tenaga lho, anak-anak sedang menunggu dirumah nih.” Ichi yang sedang menusuk salah satu monster membalas “Tenang saja, aku sudah membawa potion banyak kok. Bagian untukmu juga ada lho.” Ichi mendekati dia membisiki dengan agak genit “Kalau ini sudah selesai, kita tambah anak kita yah.” Mendengar itu kontan muka Stars langsung merah dan membalas “Itu sih nanti saja baru dipikirkan.” Lalu dia berbalik membalas membisikinya “Tapi kamu memang kuat lho.” Mereka saling tersenyum malu dan melanjutkan membunuh monster yang menerjang mereka. El Lupin memandang sekelilingnya, lalu dia mengisyaratkan Feena dan Schlafe yang disampingnya untuk mendekat sambil berkata “Anak-anak, kalian jangan terlalu jauh dariku.” Schfale membalasnya berkata “Paman Lupin, kami sudah bukan anak-anak lagi.” Feena juga mengangguk sambil mengeluarkan senjatanya berkata “Selama ini paman selalu menganggap kami anak-anak, jadi kami ikut bertempur untuk membuktikan kalau kami sudah dewasa kok.” El Lupin menatap mereka berkata “Aku tahu, aku sudah merawat kalian selama ini. Tapi bagaimanapun aku tidak ingin kehilangan kalian, kalian sudah seperti keluargaku. Jadi apapun yang kalian lakukan jangan terlalu jauh dariku, mengerti!!” “Tenang saja Lupin, bukan hanya kamu kok yang mengawasi mereka” Mereka memandang ke belakang untuk melihat siapa yang berbicara. Yang berbicara dengan mereka adalah Friska, wanita Cora yang juga tinggal di Arcadia, selama tinggal di Arcadia dia hidup bertetangga dengan El Lupin, jadi mereka semua sangat akrab. El Lupin menatap Friska dengan lembut berkata “Maaf aku selalu merepotkanmu Friska.” Friska menggeleng pelan berkata “Aku sudah pernah bilang bukan, baik Feena maupun Schfale sudah seperti anakku, jadi kamu tidak perlu sungkan.” Feena tersenyum membalas “Karena ada kakak Friska, paman Lupin sudah bisa tenangkan?” Schfale sudah memasang kuda-kuda berkata “Ayo dong, masa cuma kita saja yang diam terus, yang lain sudah mulai nih.” El Lupin mengangguk kemudian sambil bergandengan dengan Friska, mereka maju membantu yang lain.


Semuanya terkejut melihat pejuang Arcadia yang merupakan campuran dari 3 bangsa saling membantu melawan monster-monster, beberapa juga nampaknya ingin membantu mereka. Nampak dikoloni Accretia salah satu unit yang mengamati layar sambil berusaha menahan diri, lalu diapun berjalan ke arah portal. Temannya yang melihat hal itu memegang bahunya dari belakang berkata “Apa yang kau lakukan? Race Manager memerintahkan kita untuk tidak membantu para pembelot. Apa kau juga ingin dianggap pembelot?” Unit tadi menepis tangan temannya berkata “Aku tidak bisa berdiam diri saja, disana juga ada Accretia yang bertempur bukan?” Temannya membalasnya berkata “Tapi mereka itu semua adalah pembelot.” Unit tadi mulai tidak sabaran berkata “Ketika monster-monster itu keluar, Kerajaan sama sekali tidak mengambil tindakan, tapi mereka yang pembelot saja mau berusaha menyelamatkan planet ini. Bayangkan jika mereka tidak muncul, cepat atau lambat monster-monster itu pasti mulai masuk dan membunuh kita semua. Pihak Kerajaan sudah menutup mata terhadap masalah ini tahu.” Temannya nampak ragu berkata “Tapikan…” Unit itu membalikkan badannya berkata “Aku tidak peduli apa katamu dan apa anggapan yang lain. Pokoknya aku akan membantu mereka.” Lalu diapun mengakses portal dan teleport ke tambang, temannya yang tadi juga akhirnya pasrah dan mengikuti dia.

Mendengar pembicaraan mereka, unit-unit lain juga merasa ada benarnya, akhirnya beberapa dari mereka juga ikut teleport ke tambang. Bangsa lain juga, meski alasannya berbeda, tapi mereka juga mulai tergerak hatinya melihat pejuang Arcadia yang ikut bertarung. Akhirnya mereka juga ikut membantu mereka. Nampak disalah satu tempat di area tambang, sepasang Bellato membunuh monster itu, tapi mereka agak lengah dan terlambat menyadari ada monster lain dari belakang mereka, untungnya ada unit Accretia yang menusuk kepala monster itu. Setelah mati, mereka saling memandang sebentar, tapi lagi-lagi tidak sadar ada monster lain yang melompat kearah mereka dari samping kanan. Monster itu berhasil dibunuh dengan Force angin milik seorang Cora di belakangnya, akhirnya mereka semua saling bertatapan. Tapi tidak lama kemudian, mereka tersenyum seolah-olah berkata ‘Kita genjatan senjata dulu, membunuh monster-monster ini lebih penting.’ Lalu merekapun mulai membantu pejuang Arcadia lain.

Operator Cora wanita Nirvana lainnya menerima komunikasi dari seorang pejuang, lalu dia melaporkan pada Master “Master, nampaknya ada beberapa prajurit dari ketiga bangsa mulai membantu kita.” Ashlan yang mendengarkan mengangguk berkata “Katakan pada mereka, sebisa mungkin kita harus saling bekerja sama. Jika mereka tidak mengerti bahasa bangsa lain, minta pejuang kita untuk membantu mereka menjelaskan.” Operator Cora tadi mengangguk berkata “Mengerti!!” Lalu diapun memberi perintah ke semua pejuang dibawah sesuai instruksi Master. Rugardo menepuk bahu Ashlan berkata “Nampaknya kamu berhasil membuktikan pada abangmu kalau mereka bisa saling bekerja sama dengan kita sebagai perantaranya.” Ashlan mengangguk lalu kembali menatap layar apung didepannya yang memperlihatkan situasi bawah.


Setelah agak lama dan dirasa sudah cukup, Eris berkata pada operator Bellato pria “Sambungkan aku dengan Raxion dan temannya.” Operator Bellato pria itu menjawab “Baik Master Eris.” Diapun menekan beberapa tombol. Raxion cs sedang menunggu di hangar, di hadapan mereka muncul layar yang menampakkan para Master. Eris yang memulai pembicaraan terlebih dahulu “Raxion, Vinze, Miriam kalian akan diturunkan dititik yang berbeda dengan yang lain, begitu sudah sampai kalian langsung menuju ke tambang tengah.” Miriam menjawab dengan nada cemas “Tapi, kamikan benar-benar tidak mungkin membiarkan yang lain terus bertarung. Minimal biarkan kami ikut membantu sedikit.” Rugardo memabalasnya “Menurut laporan di bawah, monster-monster berbentuk Holy Stone Keeper itu terus bermunculan tidak ada habisnya. Jadi kalian harus segera menghancurkan Ozma, atau semua planet ini akan ditutupi monster-monster ini.” Vinze menatap mereka berkata “Jika memang seperti ini, bukannya lebih baik langsung teleportkan kami ke tambang tengah?” Rugardo menggeleng sedikit “Itu tidak mungkin, jarak pesawat ke tambang tengah terlalu jauh, dan kemampuan mesin teleport ini tidak bisa sejauh itu. Kami akan mentelportkan kalian ke tempat yang agak aman, dengan begitu kalian bisa maju tanpa dikepung monster-monster itu.” Raxion mengangguk membalas “Baiklah kami mengerti. Mohon dilakukan secepatnya.”

Ashlan menatap seorang Accretia yang bertugas untuk menyetel teleport dibelakang mereka berkata “Bethox, set koordinatnya ke 71 65.” Accretia yang dipanggil Bethox itu mengangguk membalas “Aku mengerti Master Ashlan.” Diapun menyetel koordinat yang disebutkan. Eris menatap mereka dengan lembut berkata “Kudoakan keselamatan kalian, jika semua ini selesai aku berharap kalian bisa tinggal dengan kami.” Raxion cs mengangguk, lalu layar itupun mati. Bethox yang sudah selesai menyetel koordinat itu berkata “Silakan kalian masuk ke lingkaran teleportasi ini.” Setelah masuk kedalam Bethox menatap mereka berkata “Kuharap kalian semua berhasil dan selamat. Jangan sampai mati ya.” Raxion membalasnya dengan mengangkat jempolnya “Doamu pasti menyertai kami.” Bethoxpun menekan tombol dan mereka semua diteleport kebawah.

Begitu sampai dibawah mereka bisa melihat sekeliling mereka, inilah pertama kalinya ketiga bangsa bahu-membahu dalam pertempuran. Baru saja mereka hendak melangkah kedepan, terdengar teriakan dari belakang “MIRIAM!!!” Mereka menoleh kebelakang, nampak 2 MAU Hitam mendekat. Begitu sudah dekat mereka, kedua MAU berjongkok dan pintu kokpitnya terbuka. Dari dalamnya keluar sepasang Bellato yang sudah agak tua, pria mengendalikan MAU Hitam tipe Catapult, wanita mengendalikan MAU Hitam tipe Goliath. Melihat kedua pilot itu, Miriam berlari kearah mereka sambil berteriak “AYAH!! IBU!!” Kedua pilot itu turun turun dari MAU masing-masing, lalu mereka berpelukan. Melihat pemandangan itu, Vinze mengajak Raxion untuk sedikit menjauh. Raxion mengangguk karena tahu ini adalah reuni keluarga dan dia merasa tidak pantas menganggunya. Setelah mereka melepaskan pelukannya, ibu Miriam berkata dengan nada cemas “Syukurlah kami menemukanmu, ketika melihat monster-monster itu keluar aku sangat cemas jangan-jangan kamu sudah dibunuh.” Miriam sambil menenangkan ibunya berkata “Maaf membuatmu cemas bu, tapi saya sudah ke tempat yang luar biasa. Setelah ini selesai pasti saya ceritakan.”

Ayah Miriam menatapnya dengan heran bertanya “Setelah ini selesai? Apa maksudmu?” Miriam menatap ayahnya berkata “Ceritanya panjang, daripada itu bisakah saya meminjam salah satu MAU ayah atau ibu? Saya harus ke tambang tengah secepatnya.” Ibunya membalas dengan nada heran “Apa yang kamu katakan? Kamu harus ikut dengan kami, tidak mungkin kami biarkan kamu terpisah lagi.” Miriam berusaha meyakinkan ibunya berkata “Tapi bu, bagaimanapun juga saya harus segera ke tambang tengah, kalau tidak ini tidak akan selesai.” Ayahnya melihat sinar mata Miriam yang meyakinkan, sedangkan ibunya masih berusaha melarangnya berkata “Tidak bisa, untuk mencari kamu saja kami sampai keluar dari koloni. Sekarang ini bisa-bisa kami sudah dianggap pembelot…” Belum selesai ibunya berbicara, ayah Miriam menyerahkan kunci MAU Catapult miliknya. Melihat itu ibunya kaget berkata “Suamiku, apa yang kamu lakukan?” Ayah Miriam berkata padanya “Ini kunci MAU milikku, sejak dulu kamu selalu diam-diam mencoba mengendarai MAU, jadi aku yakin kamu sudah tahu cara mengendarainya.” Miriam menerima kunci itu, lalu ayahnya melanjutkan “Tapi kamu harus tahu MAU ini ayah ‘pinjamkan’ padamu, jadi kamu harus ‘mengembalikan’ pada ayah lagi. Mengerti??” Miriam memeluk ayahnya sambil menangis berkata “Saya sayang kamu ayah.” Ayahnya balas memeluknya berkata “Ayah juga sayang kamu, putriku.” Miriam lalu memeluk ibunya berkata “Maaf saya belum bisa menjelaskan pada ibu, tapi percayalah saya pasti akan selamat karena saya punya teman-teman yang hebat.” Ibunya sambil menangis memeluknya berkata “Kamu makin tegar nak, kembalilah dengan selamat.”

Vinze dan Raxion berlari menjauh dari Miriam, mereka tahu dia pasti bisa menyusul. Tiba-tiba saja Vinze berhenti, rupanya dia mendapat telepati. Suara itu berbicara dalam kepalanya ‘Vinze, akhirnya kamu kembali nak.’ Vinze membalasnya dalam pikiran juga ‘Kakek? Kakek Suiwen?’ Kakek Vinze, Suiwen adalah seorang Spiritualist Grazier Master yang juga salah satu petinggi Cora di koloni itu. Suiwen membalasnya ‘Setelah kamu keluar dari koloni, aku mencoba menghubungi kamu dengan telepati. Ketika tidak bisa dihubungi, aku tahu kalau kamu pasti sudah berada diluar jangkauan kekuatanku. Tapi sewaktu melihat pesawat dan munculnya orang-orang itu, aku kembali mencoba melakukan telepati denganmu lagi berharap kamu ada diantara mereka. Kembalilah nak, aku sudah kehilangan anak dan menantuku, aku tidak ingin sampai kehilangan cucuku juga.’ Vinze membalasnya dengan sedikit gugup ‘Maaf kakek, tapi aku masih tidak bisa kembali dulu. Ada yang harus aku… tidak ada yang harus kami kerjakan. Ini menyangkut keselamatan semua orang dan planet ini’ Hening sekejap Suiwen membalas ‘Kamu benar-benar mirip ayahmu, sedikit keras kepala dan sangat perhatian dengan orang lain. Aku mengerti, pergilah. Tapi setelah ini selesai aku mau mendengar semua ceritamu.’ Vinze sedikit menangis membalasnya ‘Aku mengerti kakek. Kakek juga hati-hatilah.’ Suiwen membalasnya dengan sedikit terbahak ‘Tenang saja, aku memiliki AMY Grade Animus. Mereka pendampingku dan teman terbaikku. Pergi dan lakukanlah apa yang harus kamu lakukan Vinze, berjanjilah kamu harus pulang.’ Vinze membalasnya ‘Ya…’

Raxion melihat Vinze yang terdiam, meski tidak bisa mendengar pembicaraan mereka, tapi melihat reaksinya dia bisa menebak Vinze pasti sedang berbicara dengan keluarga satu-satunya yaitu kakeknya. Setelah selesai Raxion berkata padanya “Kamu dan Miriam harus kembali hidup-hidup. Kalian masih ada keluarga yang menunggu, sedangkan aku hanya sendirian.” Vinze menatapnya berkata “Jangan berbicara seperti itu, bukankah kamu masih memiliki pelatih? Ingat janjimu dengan anak-anak Bellato sebelumnya.” Mendadak dari samping mereka muncul 4 monster, mereka tidak bisa apa-apa. Tiba-tiba terdengar teriakan kecil dibelakang monster-monster itu “Tectonic Might!!” Tombak-tombak tanah keluar dan menusuk semua monster itu hingga mati. Tombak-tombak itu akhirnya turun dan setelah tubuh-tubuh monster itu jatuh barulah mereka bisa melihat siapa yang mengeluarkan jurus itu, wanita Cora yang pernah ditolong Raxion sebelumnya.

Dia mendekat sambil tersenyum “Akhirnya aku menemukanmu. Sebenarnya setelah selamat aku terus berusaha mencarimu untuk berterima kasih, tapi aku mendengar rumor kalau kamu berkhianat jadinya aku hanya bisa menunggu kamu muncul lagi. Ketika melihat orang-orang ini muncul, aku yakin kamu pasti ada diantaranya.” Raxion membalasnya “Seharusnya kamu tidak perlu sampai seperti ini, sangat berbahaya bagi wanita keluar seorang diri, apalagi monster-monster ini berbeda dengan biasanya.” Wanita itu menggelengkan kepalanya membalas “Tidak apa-apa. Sebenarnya ketika pertama kali aku dibawa ke koloni kalian, aku sangat ketakutan dengan apa yang akan terjadi padaku. Namun kamu menolongku dan membawaku keluar sampai harus mengkhianati bangsamu. Aku yakin kamu itu pasti baik dan berperasaan” Raxion menunduk menjawab “Sewaktu melihat kamu dan mendengar kamu mungkin akan disiksa, aku merasa kasihan, tapi itu mungkin adalah perasaan yang dihasilkan oleh chip Artificial Feelings ini.” Wanita itu meletakkan tangannya didada Raxion berkata “Kalian memang bangsa bertubuh metal dan mesin, tapi aku yakin perasaan yang ada didadamu ini adalah asli milikmu sendiri.” Raxion menatapnya berkata “Terima kasih.”

Wanita itu mengeluarkan Stout Gun lalu berkata “Ini milikmu, aku selalu merawatnya supaya bisa mengembalikannya padamu lagi.” Raxion menatap Stout Gun itu, dia mengulurkan tangannya mendorong tangan wanita itu sambil berkata “Simpanlah, sekarang ini kamu pasti masih membutuhkannya. Aku akan mengambilnya setelah ini semua selesai.” Wanita itu mengangguk sambil menyimpan Stout Gun itu dia berkata “Aku mengerti, akan kusimpan. Kamu harus berjanji untuk mengambilnya lagi dan menceritakan semua yang kamu lakukan selama ini padaku.” Lalu dia membalikkan badannya, sebelum berjalan jauh dia berbalik sedikit berkata “Oh ya, belum tahu namamu.” Raxion menjawab “Raxion, aku sudah membuang namaku yang dulu. Sekarang ini namaku Raxion.” “Raxion ya, nama yang bagus. Namaku Magda, jangan sampai mati ya, Raxion.” Raxion mengangguk membalasnya “Kamu juga Magda.” Magda tersenyum lalu berjalan mejauhi mereka. Vinze menepuk bahu Raxion berkata “Sekarang tidak ada alasan kamu sendirian lagi bukan? Ada yang menunggu kepulanganmu juga, jadi kamu juga harus tetap hidup.”

Mereka kemudian berlari menuju ke tambang tengah, tapi monster-monster terus keluar dan menghalangi mereka. Vinze yang membunuh satu monster menggerutu “Ini tidak ada habisnya, kalau begini terus kita tidak bisa maju-maju.” Tiba-tiba terdengar teriakan Miriam dari belakang “RAXION!! VINZE!! LOMPAT!!!” Mereka berbalik dan melihat sebuah MAU Hitam milik Perserikatan melaju kearah mereka, mereka saling mengangguk tanda mengerti dan melompat keatas. MAU itu menembaki semua monster-monster yang menghalangi mereka tadi. Raxion dan Vinze mendarat di bahu MAU itu, tanpa mengurangi kecepatannya MAU itu melaju kedepan melindasi mayat-mayat monster tadi.

Raxion melihat kearah kokpit bertanya “Miriam, darimana kamu dapat MAU ini?” Miriam membalasnya “Aku ‘pinjam’ dari ayahku, jadi aku harus mengembalikannya nanti.” Vinze melihat kedepan berkata “Bagus, dengan ini kita bisa cepat sampai ke tambang tengah.” Raxion mengeluarkan Vulcannya dan mulai membantu Miriam menembaki semua monster yang menerjang kearah mereka, Vinze juga membantu dengan Force tipe peluru.

Mendadak segerombolan monster melompat kearah mereka, Miriam tidak sempat mengurangi kecepatannya dan mengira akan menabraknya. Monster-monster itu ditembaki sampai semua tubuhnya berlubang dan jatuh. Mereka mencari dimana si penembak itu, barulah sadar disamping mereka muncul Royal Guards. Yang baru menembak tadi adalah Rayfier, dia dan yang lainnya langsung melompat untuk melindungi mereka. Miriam menghentikan MAUnya dan berbalik, Raxion menatap mereka berteriak kecil “Royal Guards!!” Chromehound sambil dalam posisi siap-siap berkata “Disini serahkan pada kami, cepat ke tambang tengah.” Mendadak muncul monster-monster dan mulai mengepung mereka. Vinze agak cemas berkata “Tapi…” Rayfier sedikit membentaknya berkata “Kalian cepat saja ke tambang tengah, meski membantu kami disini, jumlah mereka tidak akan berkurang.” Miriam, dari kokpitnya, melihat kalau belakang merekapun sudah mulai muncul monster, diapun menjawab “Aku megerti.” Diapun memutar MAUnya dan mulai menginjak pedal gas dalam-dalam, MAU itu langsung melesat maju melewati gerombolan monster-monster.

Royal Guards saling menempelkan punggungnya dan mengacungkan senjatanya kedepan, mereka menatap semua monster-monster yang mengepung mereka. Lamborta berkata “Jumlahnya minimal ada 200 nih, bukan lawan yang mudah.” Agi berkata dengan semangat “Hei, disekitar sini sudah tidak ada orang bukan? Bagaimana kalau kita keluarkan jurus pamungkas kita?” Maya menimpalinya “Boleh juga nih, sudah lama tidak mengeluarkan jurus itu.” Ingrid tersenyum berkata “Aku ingat terakhir kita memakainya ketika ada segerombolan monster bermaksud menyerang Arcadia di luar hutan.” Rayfier membalasnya dengan nada senang “Yup, jurus yang sekali dikeluarkan maka akan meratakan semua yang ada disekeliling kita.” Chromehound bertanya pada mereka “Apa kalian sudah siap?” Semuanya mengangguk tanpa membalikkan tubuhnya. Begitu monster-monster itu sudah cukup dekat, mereka mendekatkan senjatanya ketubuh mereka dan mengambil ancang-ancang sambil berteriak “MAXIMUM POWER!!! ULTIMATE ROYAL TEMPEST!!!” Tubuh mereka bercahaya dan keluar energi yang sangat kuat. Energi itu menyapu bersih semua sekitar mereka dalam radius 3 kilometer, baik monster-monster mapun pohon sekitar mereka hancur total.

Di atas tambang tengah, mendadak keluar banyak monster-monster bersayap. Salah satu operator Nirvana yang mengawasi radar menyadari dari depan mereka muncul banyak titik, dia berbalik melaporkan pada Master “Master, didepan Nirvana mucul banyak monster.” Eris menekan tombol dimejanya dan keluar layar yang memperlihatkan situasi depan Nirvana. Bisa dilihat monster bersayap itu mirip dengan Holy Stone Keeper, jumlahnya juga tidak bisa dibilang sedikit. Ashlan memberi perintah “Buka tutup Executioners dan bersiap untuk melakukan penembakan.” Semua operator tadi menyahut “Baik!!” dan mulai menekan tombol-tombol serta meminta yang berada di ruang engine untuk bersiap-siap. Aileron menekan beberapa tombol di sampingnya, lalu ujung Nirvana mulai terbuka. Begitu sudah terbuka penuh, ujung kedua meriam utama itu mulai mengumpulkan energi. Di samping kiri dan kanan Aileron keluar 2 tongkat dengan tombol di masing-masing ujungnya. Aileron menggenggam kedua tongkat itu dan melihat kedepan, didepannya keluar layar dan diapun berusaha mengunci targetnya. Operator Bellato pria melaporkan “Target berada di jangkauan tembak Executioners, kapanpun bisa ditembakkan.” Aileron menunggu perintah dari Master, Rugardo berteriak kecil “Tembakkan Executioners!!” Sambil menekan tombol dengan ibu jarinya, Aileron berteriak kecil “EXECUTIONERS, TEMBAK!!!” Energi yang terkumpul diujung Executioners langsung menyembur keluar dan mengenai monster-monster terbang itu.

Setelah agak lama, energinyapun mulai reda. Operator radar tadi melihat keradar untuk memastikan jumlah monster berkurang, tapi dia terkejut rupanya tembakan Executioner tidak mengenai semua monster-monster itu, bahkan mulai bemunculan lagi dari tambang tengah, dengan begitu tengah jumlahnya juga mulai bertambah. Melihat hal itu Rugardo bertanya “Berapa lama waktu pendinginannya?” Operator Bellato tadi menjawabnya “Perlu waktu sekitar setengah jam sampai Executioners bisa menembak lagi.” Ashlan memberi perintah “Keluarkan Interceptors dan siapkan Gauntlet, lindungi Nirvana. Jangan sampai mereka mendekati Nirvana.” “Mengerti!!”sahut mereka. Puluhan pintu-pintu kecil di kiri kanan Nirvana terbuka, dari dalamnya keluar pesawat-pesawat kecil yang bermeriam 2 dengan AI khusus, pesawat-pesawat itu mengelilingi Nirvana dengan formasi menyilang. Meriam-meriam Gauntletpun mulai menargetkan monster-monster itu. Begitu masuk ke jarak tembak, meriam-meriam Gauntlet mulai menembakinya, Interceptors juga mulai mengejar dan menembaki monster-monster itu.

MAU yang membawa Raxion cs sudah mulai mendekati tambang tengah, Miriam bermaksud berputar dan masuk dari pintu dibawah mereka. Raxion sambil mengeluarkan Bazookanya berkata “Miriam, tahan badanku dengan tangan MAU. Kita tidak mungkin melewati pintu karena pasti akan dicegat monster-monster itu. Aku akan membuat lubang dan kita akan masuk darisana.” Miriam mengangguk lalu dia mengatur kemudinya supaya tangan kiri MAU kebelakang dan menahan badan Raxion. Raxion sedikit berjongkok dan mengarahkan Launchernya ke salah satu tembok, setelah dirasa pas dia mulai menahan pelatuk Bazooka. Di meteran digital Bazooka itu angkanya mulai berkurang hingga ke 0, Raxion berkata “Kalian jaga keseimbangan, aku akan memakai kekuatannya 100%.” Setelah agak dekat sambil melepaskan pelatuk itu dia berteriak “CHARGED SHOT!!!”, langsung saja energi yang terkumpul diujung Bazooka itu menyebar kedepan dan melubangi tembok bahkan tembus sampai ke bagian dalam tambang. Lubang akibat tembakan Bazooka itu sangat besar, bahkan muat untuk mereka masuk. MAU mereka melompat ke lubang itu dan langsung masuk kedalamnya.

Baru masuk sedikit mereka terkejut karena ada tangan yang besar melayang ke mereka, Raxion sudah melompat untuk menghindarinya, sedangkan Vinze ikut tersapu dengan MAU, setelah MAU itu mau menabrak tanah diapun melompat. Raxion mendarat disalah satu platform dan melihat apa yang menghalangi mereka tadi, rupanya yang berdiri dihadapannya adalah Ozma. Bentuknya sedikit berubah dengan yang mereka lihat dikuil, tangannya tinggal 2 dan mulai tumbuh sayap dipunggungnya. Meski begitu tanduk-tanduknya masih banyak, mulutnya tetap panjang dan dihiasi banyak gigi-gigi yang tajam, matanya semakin merah. Ukurannya benar-benar besar, bahkan kepalanya hampir menyentuh langit-langit tambang. Badannya yang muncul cuma setengah dari pinggang keatas, sedangkan sisanya sepertinya masih terbenam dalam daerah tempat bersemayamnya Holy Stone Keeper. Sepertinya di masih belum keluar sepenuhnya.

Vinze mendarat tidak jauh dari MAU bergegas berlari kearah Miriam berteriak kecil “Miriam, kau tidak apa-apa?” Miriam menarik tuas dibawah kemudinya yang bertulis ‘Door Eject’ Begitu ditarik pintu kokpitnya langsung terlempar. Miriam memanjat keluar dari kokpit menjawab “Saya tidak apa-apa, hanya sedikit lecet.” Mereka semua dikagetkan raungan Ozma, lalu diapun mulai menyerang mereka dengan membabi buta. Vinze sembari menghindar menggumamkan mantra “Aku memanggil kalian semua untuk ikut bertempurku denganku, KELUARLAH SEMUA ANIMUSKU!!!” Paimon, Hecate, Inanna dan Isis mulai bermunculan, Vinze berkata pada mereka “Pateus, Heidi, Imina serang Ozma, Ilia sembuhkan dulu luka Miriam.” Paimon maju berusaha menyerang Ozma dengan pedangnya, sedangkan Isis dan Hecate menyerang dari bawah dengan Force mereka, Inanna berusaha menyembuhkan luka-luka Miriam.

Vinze melihat keatas dan menyadari sesuatu, tembakan Bazooka Raxion tadi harusnya melubangi tambang tengah sampai kedalam, tapi dia melihat baik kepala maupun bahu Ozma sama sekali tidak ada bekas tembakan. Hal ini berarti Ozma sama sekali tidak bisa diserang biasa saja. Sambil menyiapkan Forcenya dia berteriak pada Raxion “RAXION, KAMI AKAN MENCOBA MENGHALANGINYA, KAMU CEPAT CARI DIMANA ‘JANTUNG’ OZMA.” Mendengar itu Raxion mengeluarkan kunci dari tas pingganggnya, begitu dikeluarkan kunci itu mulai bercahaya namun redup. Raxion mengerti, dia harus berusaha mendekati Ozma sambil mengarahkan kunci itu ketubuhnya untuk mencari tempat paling bersinar. Dia kemudian melompat ke belakang Ozma dan mulai mencari ‘jantung’ nya. Vinze dan Miriam berusaha mengalihkan perhatian Ozma dengan menyerangnya, tapi serangan seperti apapun sama sekali tidak membuat dia bergeming. Sekali lagi Ozma menyapukan tangannya ke mereka, membuat Vinze dan Miriam melompat mundur. Paimon melayang keatas kepalanya dan mencoba menusuk matanya, tapi pedang Paimon sama sekali tidak menembus mata Ozma yang keras.

Raxion mendarat dipunggung Ozma, lalu diapun berusaha mencari dimana ‘jantung’ itu. Merasa ada yang mendarat dipunggungnya, Ozma mengayunkan tangannya kebelakang untuk menangkap Raxion. Karena terlambat menyadari tangan Ozma, Raxion tertangkap olehnya. Ozma mengangkatnya tinggi-tinggi bermaksud membantingnya, melihat hal ini Vinze dan Miriam memusatkan serangan mereka di kepala Ozma dengan maksud mengaburkan pandangannya, Animus-Animus yang lain juga ikut membantu. Karena ada yang menghalangi pandangannya, Ozma melepaskan genggamannya membuat Raxion jatuh kebawah. Ketika jatuh, kunci ditangan Raxion bersinar dengan terang. Cepat-cepat dia melihat sebenarnya dimana titik ‘jantung’ Ozma itu.
Raxion menyeimbangkan tubuhnya dan mendarat dengan mulus, Vinze dan Miriam mendekatinya. Vinze bertanya padanya sambil membantunya berdiri “Bagaimana? Apa kamu sudah dapat dimana ‘jantung’nya?” Raxion mengangguk menjawab “Ya, letak ‘jantung’nya berada di sana!!” Dia lalu melemparkan kunci itu keatas, kunci itu lalu menancap di leher Ozma dengan dalam, begitu tertancap kunci itu langsung bersinar dengan terang. Miriam mengeluarkan kalung dari tasnya, begitu terkena sinar dari kunci itu, kalung itu juga ikut bersinar. Sinar yang dipancarkannya warna-warni. Miriam menatap kalung itu berkata “Nampaknya Force Ultima juga sudah siap.” Raxion melihat ke Ozma yang kesakitan, lalu dia mengambil kalung itu sambil berkata “Berikan padaku, aku akan mencoba mengarahkannya ke kunci itu.” Vinze menahan tangannya berkata “Kalau memang mau, kita harus lakukan sama-sama” Miriam juga mengangguk berkata “Tidak mungkin kami biarkan kamu maju sendiri bukan?”

Begitu mereka memegang kalung itu, cahaya yang dikeluarkan kalung itu semakin besar dan menyilaukan mata Ozma. Vinze berkata “Nampaknya kekuatannya akan jadi besar kalau kita sama-sama menyalurkan kekuatan kita.” Setelah Vinze memanggil dan menyimpan semua Animus miliknya, merekapun melompati platform-platform dan akhirnya sampai ditempat paling tinggi. Raxion berdiri ditengah, Vinze dikanannya sedangkan Miriam dikirinya. Tangan mereka masing-masing memegang kalung itu dengan erat, lalu mereka melihat kedepan. Tepat didepan mereka kunci itu berada, mereka saling memandang mengangguk. Raxion berkata “Aku senang berkenalan dengan kalian. Bagiku semua perjalanan ini dan pertemuanku dengan Bellato nomaden adalah pengalaman yang berharga.” Miriam dan Vinze tersenyum, lalu mereka melompat ke leher Ozma sambil mengarahkan kalung itu kedepan. Mereka berteriak bersamaan “MUSNAHLAH DAN JANGAN PERNAH MUNCUL LAGI OZMA!!!!!!”

Begitu ujung kunci dan kalung itu bersentuhan, sinar tadi jadi besar dan membuat seluruh ruangan itu silau. Cahaya yang dikeluarkan juga sampai keluar tambang tengah dan monster-monster baik yang didarat atau diudara yang terkena sinar itu musnah seketika. Semua orang berhenti bertarung dan melindungi mata mereka, setelah agak lama dan sinar itu mulai berkurang, mereka semua melihat ke tambang tengah yang tiba-tiba menjadi hening.

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment