Thursday, August 12, 2010

11. Epilog

Tidak lama kemudian, semua pejuang Arcadia dan juga prajurit campuran ketiga bangsa berjalan mendekati tambang tengah untuk memeriksa apa yang telah terjadi. Para Master yang turun dari Nirvana juga ikut memeriksa. Ketika memasuki tambang tengah, mereka bisa melihat sebuah lubang besar ditengah-tengah lantai. Sepertinya lubang itu menembus sampai ketempat biasanya Holy Stone Keeper bersemayam, ruangan itu kosong sama sekali, tidak ada tanda-tanda keberadaan Ozma mapun Raxion, Vinze dan Miriam. Mereka mencoba mencari lagi jalan yang biasanya membawa mereka ke tambang bagian dalam, tapi nampaknya pintu ke tempat itu tertutup oleh batu-batu yang runtuh. Merasa tidak mungkin untuk membongkar semua batu-batu itu, para Master menyerah. Sedangkan lubang ditambang tengah juga nampaknya tidak bisa dituruni, entah kenapa rasanya dari lubang itu keluar aura aneh, hal ini membuat mereka mengurungkan niatnya untuk turun kesana.

Selama beberapa hari, pesawat Nirvana mendarat di tambang tengah, mereka bermaksud menunggu kalau ada tanda-tanda keberadaaan Raxion cs. Selama beberapa hari itu juga mereka terus mencoba memeriksa tambang tengah dengan harapan menemukan mereka bertiga. Dalam pertempuran kali ini, berkat semua orang yang membuang perbedaan mereka semua dan mau bekerja sama dengan maksimum, sama sekali tidak ada korban jiwa, hanya ada beberapa yang cedera parah. Royal Guards, Tebz, Qirin, Rihou, Zothic, Zenn, Ichi, Stars, Friska, Feena, Schlafe, dan mereka yang masih sehat membantu prajurit dan pejuang yang terluka parah. Semua dibawa masuk ke Nirvana untuk diobati, karena entah kenapa mereka bisa keluar ke tambang tengah tapi sama sekali tidak bisa masuk lagi ke koloni, sepertinya teleportnya diubah menjadi 1 arah. Dengan begitu berarti mereka yang ikut membantu Arcadia sudah dicap sebagai pembelot dari tiap-tiap koloni. Nirvana memang mengalami sedikit kerusakan, tapi tidak terlalu parah. Para Specialist Arcadia sedang berusaha memperbaikinya, meski begitu tetap memakan waktu.

Pada hari terakhir ketika Nirvana sudah selesai diperbaiki, para Master memutuskan untuk menyerah dalam pencarian Raxion dan lainnya. Mereka memutuskan untuk menyegel tambang tengah supaya aura berbahaya yang dikeluarkan dari lubang itu tidak keluar. Rugardo selaku seorang Spiritualis Master memberi arahan ke Spritualis gabungan Arcadia dan prajurit campuran untuk mengerahkan Force membungkus luar tambang tengah agar aura itu tidak keluar, sedangkan Ashlan memberi arahan pada sisanya untuk menutup semua pintu masuk ditambang tengah dan disegel selamanya. Ketika pintu terakhir bermaksud untuk ditutup, Eris dan Ashlan masuk kedalam untuk terakhir kalinya. Mereka berjalan sampai ke ruang tengah tambang, sekali lagi mereka menatap sekeliling dari atas. Lubang bekas tembakan Raxion sudah ditutupi, sedangkan MAU rusak yang dikendarai Miriam akhirnya berhasil dikeluarkan dengan meminjan alat khusus milik Bellato. Lubang dilantai masih saja mengeluarkan aura yang mengerikan. Ashlan memandangi lubang itu dari atas, tidak lama kemudian Eris memegang bahunya. Ashlan menatapnya, Eris menggeleng kepalanya pelan. Sepertinya Eris tahu kalau Ashlan bermaksud untuk masuk kelubang itu, jadi dia melarangnya. Ashlan mengangguk tanda mengerti, kalaupun dia masuk kesana belum tentu Raxion dan yang lainnya ada disana.

Bethox berteriak dari luar “MASTER ASHLAN, MASTER ERIS, INI PINTU TERAKHIR YANG MAU DITUTUP. HARAP ANDA BERDUA CEPAT KELUAR.” Nampak Cyber dan Tebz juga berdiri disampingnya, Tebz sendiri ketika mendengar Raxion dan yang lainnya tidak ada ditambang tengah selama beberapa hari ini juga berusaha mencari mereka, meski sampai sekarang tidak ditemukan dia percaya mereka pasti masih hidup. Sekali lagi mereka menatap lubang itu, lalu mereka membalikkan badan. Ketika sampai diluar, Bethox sudah siap-siap menutup pintu, tapi dia dikejutkan oleh bayangan yang mendadak muncul dihadapannya. Tebz dan Cyber mengeluarkan senjatanya bermaksud melindungi Eris dan Ashlan, tapi ketika melihat bayangan itu mereka terkejut.

Beberapa tahun setelah kehancuran Ozma, akhirnya planet Novus ditinggalkan oleh ketiga bangsa itu. Bagi Kerajaan dan Perserikatan tambang tengah sudah tidak bisa menghasilkan apa-apa, jadi tidak ada gunanya lagi menguasai Novus, sedangkan menurut Aliansi planet itu lebih baik dibiarkan kosong untuk menjaga kasrian alamnya, sesuai kehendak Decem, begitu menurut mereka. Meski begitu bukan berarti mereka sudah damai, masih banyak planet yang ingin mereka kuasai jadi pertempuran mereka masih akan berlanjut. Tapi tidak semuanya ikut meninggalkan planet Novus, mereka yang membantu pejuang Arcadia memang sudah dianggap pembelot jadi tidak bisa ikut meninggalkan planet Novus, tapi ada juga yang memilih tetap tinggal di planet itu. Alasannya bermacam-macam, ada yang karena sudah terbiasa diplanet itu, ada juga yang sudah bosan bertempur dan ingin hidup damai. Namun tetap tinggal di Novus bukan berarti hidup bersama penduduk Arcadia, ada yang hidup membentuk kelompok asal sendiri, ada yang hidup membentuk kelompok campuran. Tidak lama kemudian Arcadia akhirnya diakui menjadi penguasa tunggal Novus dan memiliki bentuk tersendiri. Bukan Empire (Kerajaan), bukan Union (Perserikatan), dan juga bukan Alliance (Aliansi), tetapi United (Persatuan), jadi nama resmi mereka sekarang adalah United Arcadia (Persatuan Arcadia).

Didaerah tenggara Novus dekat Amca River disebuah tanah lapang, nampak seorang pemuda Bellato yang berambut pendek berwarna kuning keemasan, matanya berwarna hijau terang, sedang berlatih. Dia mengayunkan pedangnya berkali-kali sambil menghitung “996…997…998…999…1000… Ah…akhirnya selesai, capek juga nih…” Ujarnya sambil mengelap keringat dengan punggung tangannya. “OI….” Terdengar teriakan dari belakangnya, pemuda itu menoleh dan mendapati seorang gadis Bellato yang sama-sama berambut kuning keemasan, tapi panjang sampai ke pinggangnya, dan juga matanya berwarna hijau terang melambaikan tangan kearahnya. Melihat itu, dia juga balas melambaikan tangannya. Sambil menenteng pedangnya dia berlari ke gadis itu yang berada ditanjakan, ketika sudah dekat gadis itu menyerahkan tempat minum. Setelah menancapkan pedangnya ke tanah pemuda itu menerimanya dan meminumnya setengah, setengah lagi disiramkan kekepalanya. Gadis itu menyerahkan handuk, sambil tersenyum dia berkata “Capek ya? Setiap hari kamu latihan disini terus.” Pemuda itu mengelap kepalanya, setelah agak lama dia menurunkan handuknya dan diletakkan di bahunya sambil berkata “Memang capek, tapi latihan itu menyenangkan kok. Lagipula ‘dia’ juga sering bilang bukan? Sering latihan itu membuat sempurna.”


Tiba-tiba angin sepoi bertiup ke mereka dari barat laut, mereka sama-sama memutar badannya memandang ke asal angin bertiup agak lama. Gadis itu membuka pembicaraan “Sudah berapa tahun ya? Kudengar tambang tengah akhirnya disegel dan dilarang didekati.” Pemuda itu sambil tidak mengalihkan pandangannya tetap mengangguk, gadis itu sambil meregangkan tubuhnya berkata “Anginnya enak, mengingatkanku pada ‘dia’. Kudengar ‘dia’ ikut melawan monster besar yang muncul ditambang dan katanya ‘dia’ menghilang.” Mendengarnya, pemuda itu menatap gadis itu sambil tersenyum berkata “Tenanglah, ‘dia’ tidak mungkin semudah itu mati.” Gadis itu balik menatapnya berkata “Kamu benar.”

Terdengar suara dari belakang mereka, spontan mereka berbalik untuk melihat apa itu. Nampak 2 orang memakai mantel berkerudung, yang satu nampak besar, yang satu lagi lebih kecil sedikit. Melihat itu sang pemuda maju mencabut pedangnya dan memasang kuda-kuda, sedangkan sang gadis berlindung dibelakangnya. Yang badannya besar melihat kuda-kuda pemuda itu berkata “Kuda-kudamu sudah bagus, tapi kalau caramu memegang pedang seperti itu bisa lepas dengan mudah lho.” Mendengar suaranya, kedua orang itu bersamaan berseru “Eh…?!?” Orang itu sambil membuka kerudungnya berkata “Sudah lama ya Irene, Farrell. Kalian benar-benar sudah besar, terutama Irene kamu semakin cantik saja.” Begitu kerudung itu terbuka, terkejutlah mereka kalau orang berkerudung itu adalah bangsa Accretia yang mereka kenal. Irene berlari lebih dahulu sambil sedikit menangis, sedangkan Farrell ikut berlari setelah melempar pedangnya. Mereka berdua berteriak bersamaan “RAXION!!!”

Raxion membuka tangannya dan memeluk mereka berdua dalam-dalam. Irene sedikit menangis dalam pelukannya, sedangkan Farrell nampak senang. Setelah beberapa lama Irene, yang masih sedikit menangis, menatap keatas berkata “Kamu masih hidup? Padahal kudengar kabar ketika mereka memeriksa tambang tengah sama sekali tidak ada jejakmu.” Raxion mengangguk menjawab “Pada waktu itu sinar yang menyilaukan keluar dan sedikit membutakan penglihatanku. Waktu itu kukira kami, Vinze, Miriam dan aku, akan mati. Setelah sinar itu hilangpun keadaan sekeliling kami gelap, beberapa saat barulah aku tahu kalau kami masih hidup. Padahal kami mengira akan mati karena terkena Force yang begitu kuat.” Farrell menatapnya berkata “Ini pasti keajaiban, karena kamu sudah membantu banyak orang dan tidak mungkin dibiarkan mati.” Raxion menatapnya berkata “Mungkin, karena bagaimanapun juga aku masih ada janji dengan kalian bukan? Sesuai kataku kalau ini sudah selesai aku akan mencari kalian.”

Setelah melepas pelukannya, Irene melihat kebelakang. Masih ada satu orang lagi yang berkerudung, dia menunjuk orang itu bertanya “Siapa dia?” Ketika orang itu membuka kerudungnya, Raxion menjelaskan “Namanya Magda, wanita Cora yang dulu pernah kutolong. Ketika kubilang ingin mencari kalian, dia ingin ikut denganku karena ingin melihat dunia luar.” Magda membungkuk memberi salam, Farrell menatapnya kagum, lalu dia berkata pada Raxion “Berarti kalian pacaran yah.” Raxion sedikit salah tingkah berkata “Apa yang kamu katakan, dasar.” Irene nampaknya sedikit cemburu, lalu dia menarik tangan Raxion berkata “Ayo, ayah ibu dan tuan Horad pasti akan kaget melihat kamu muncul.” Raxion mengikutinya berjalan, Magda mendekatinya berkata “Nampaknya anak-anak ini menyukaimu ya.” Irene menunjuk ke Magda berkata “Aku tidak akan menyerahkan Raxion padamu lho.” Magda sedikit terkejut, lalu dia membalasnya sambil tersenyum sedikit “Aku juga tidak akan kalah lho, gadis kecil.” Farrell memungut pedangnya lalu berlari mengikuti mereka.

Ditempat bekas koloni masing-masing bangsa, sekarang ini ditempati Arcadia. Nampak semuanya hidup bahagia dan tentram, Vinze hidup dengan kakeknya sambil masih melakukan berbagai penelitian, Miriam hidup bahagia dengan keluarganya dan sepertinya mereka berdua bermaksud menyusul Raxion suatu saat. Ketika mendekati pemukiman Bellato nomaden itu, nampak Bellato-Bellato itu menyambut mereka, diantaranya juga nampak Horad dan juga Axel beserta istrinya Anna. Raxion menatap kelangit dan berkata dihatinya ‘Perasaan senang karena bertemu dengan orang-orang yang kukenal, perasaan bahagia karena bertemu lagi dengan keluarga yang kutahu. Benar… ini adalah perasaanku sendiri, sama sekali bukan karena chip AF ini…’ Mendengar yang lainnya memanggil dia, Raxion menatap mereka dan berjalan ke rombongan Bellato itu sambil menggandeng tangan Magda, melihat itu Irene sedikit sewot dan berusaha memisahkan mereka, sedangkan yang lainnya hanya tertawa menyaksikan mereka.

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment